Strategi Efisiensi Anggaran Perguruan Tinggi Tanpa Kenaikan UKT

Strategi Efisiensi Anggaran Perguruan Tinggi Tanpa Kenaikan UKT

Desakan mahasiswa terkait efisiensi anggaran kampus, khususnya dampaknya pada Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP), telah mendorong perguruan tinggi untuk mencari solusi kreatif. Jaminan pemerintah untuk tidak menaikkan UKT dan pemangkasan anggaran KIP mengharuskan rektorat dan jajarannya untuk mengoptimalkan pengelolaan keuangan tanpa mengorbankan kualitas pendidikan. Tantangannya adalah bagaimana menjaga operasional perkuliahan tetap berjalan lancar di tengah pembatasan anggaran.

Salah satu langkah strategis yang dapat diambil adalah dengan melakukan efisiensi pada kegiatan-kegiatan seremonial yang cenderung boros. Rapat kerja, misalnya, dapat dialihkan dari hotel ke lingkungan kampus. Penggunaan dana untuk konsumsi rapat juga perlu ditekan seminimal mungkin, cukup dengan menyediakan minuman dan kudapan sederhana. Implementasi sistem pembelajaran daring (online) yang lebih intensif juga menjadi solusi yang efektif. Kebanyakan perguruan tinggi telah mengembangkan Learning Management System (LMS) yang mumpuni. Pemanfaatan LMS secara maksimal, bahkan dengan kolaborasi antar kampus untuk berbagi materi kuliah yang relevan, dapat mengurangi kebutuhan biaya operasional tatap muka.

Tren pembelajaran daring yang disukai mahasiswa juga perlu dimanfaatkan. Desain pembelajaran yang fleksibel dan mengikuti irama belajar mahasiswa (self-paced learning) dapat dicapai melalui LMS yang terintegrasi dengan baik. Pengalaman perguruan tinggi di Australia yang berhasil memangkas biaya dengan mengurangi staf administrasi dan tenaga pengajar melalui peningkatan pembelajaran daring dapat menjadi referensi. Namun, kondisi kepegawaian di Indonesia yang berbeda mengharuskan strategi yang lebih hati-hati. Alih-alih mengurangi jumlah karyawan, SDM yang ada dapat dilibatkan dalam pengelolaan pembelajaran daring, misalnya membantu dosen dalam mengoptimalkan penggunaan LMS. Dukungan infrastruktur yang memadai, termasuk akses internet dan aplikasi pertemuan daring, juga perlu diperhatikan dan dianggarkan.

Kunci keberhasilan efisiensi anggaran juga terletak pada kreativitas dosen dalam merancang pembelajaran daring yang bermakna. Pembelajaran daring tidak hanya sekadar mengganti ceramah tatap muka, tetapi harus mampu mencapai target kompetensi mahasiswa melalui pembelajaran mandiri yang efektif dan sesuai dengan ritme belajar masing-masing. Dukungan tim IT yang solid dan terintegrasi juga krusial untuk menjamin kelancaran proses pembelajaran daring. Alih-alih bergantung pada individu tertentu, pengelolaan IT perlu dilakukan secara tim untuk memaksimalkan potensi SDM yang telah tersedia. Pemanfaatan lembaga-lembaga pengelola IT yang telah ada di berbagai kampus juga bisa dioptimalkan.

Keberhasilan efisiensi anggaran kampus tanpa menaikkan UKT sangat bergantung pada komitmen dan kreativitas seluruh pihak. Perencanaan program yang terarah dan terukur dengan target yang jelas sangat penting untuk menghindari pemborosan anggaran di akhir tahun. Pengalaman kampus yang kerap kesulitan menghabiskan anggaran di akhir tahun karena program yang kurang terencana, yang berujung pada pengeluaran yang tidak produktif, harus dihindari. Dengan perencanaan yang matang dan komitmen untuk mengedepankan kualitas pembelajaran, efisiensi anggaran kampus menjadi hal yang mungkin untuk dicapai.

Waliyadin, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Mahasiswa PhD di University of Canberra, Australia