Pesona Kue Lapis Sarawak: Sejarah, Proses Pembuatan, dan Keunikan Motifnya

Pesona Kue Lapis Sarawak: Sejarah, Proses Pembuatan, dan Keunikan Motifnya

Kue lapis, hidangan manis berlapis-lapis yang memikat mata dengan keindahan motifnya, telah lama menjadi bagian integral dari tradisi kuliner di berbagai wilayah Asia Tenggara. Indonesia, misalnya, terkenal dengan beragam kue lapisnya yang sederhana namun elegan. Namun, di seberang Selat Malaka, Malaysia memiliki sajian kue lapis yang tak kalah memukau: Kue Lapis Sarawak. Kue ini bukan sekadar kue lapis biasa; ia merupakan perpaduan seni, keterampilan, dan sejarah yang kaya. Motif geometriknya yang rumit dan warna-warni yang menawan menjadikan Kue Lapis Sarawak sebagai suguhan istimewa, khususnya saat perayaan Idul Fitri.

Asal Usul dan Sejarah Kue Lapis Sarawak

Perjalanan Kue Lapis Sarawak dimulai sekitar tahun 1970-an hingga 1980-an. Berbeda dengan anggapan umum, kue ini bukan berasal dari Sarawak secara asli. Sumber-sumber sejarah mencatat bahwa kue ini diperkenalkan oleh para pendatang dari Betawi, yang mengadaptasi resep kue lapis dari warisan kuliner Belanda. Adonan kue lapis Sarawak, yang terdiri dari campuran mentega, tepung, telur, dan rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, adas, dan kapulaga, merupakan bukti perpaduan budaya yang harmonis. Perbedaan mencolok dengan kue lapis Indonesia terletak pada kompleksitas motifnya. Jika kue lapis Indonesia umumnya menampilkan motif sederhana dua warna, Kue Lapis Sarawak hadir dengan pola geometrik yang jauh lebih rumit dan kaya warna, menciptakan keindahan visual yang unik.

Proses Pembuatan yang Rumit dan Menuntut Kesabaran

Membuat Kue Lapis Sarawak bukanlah pekerjaan mudah. Proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu menjadi salah satu faktor yang menentukan harganya yang cukup tinggi. Sebuah kue lapis Sarawak bisa memiliki 12 hingga 20 lapisan, bahkan lebih, tergantung pada kompleksitas motif yang diinginkan. Proses pembuatannya membutuhkan waktu sekitar 4 hingga 8 jam. Hal ini dikarenakan setiap lapisan adonan berwarna-warni harus dituang secara bertahap ke dalam loyang dengan jeda waktu sekitar 10 menit untuk memastikan lapisan-lapisan tersebut tersusun rapi dan tidak bercampur. Para pengrajin biasanya membuat sketsa desain terlebih dahulu untuk meminimalisir kesalahan dalam proses penuangan adonan. Setelah proses pemanggangan selesai dan kue dingin, barulah kue tersebut dipotong dan disusun kembali dengan selai atau susu kental manis sebagai perekat.

Lebih dari Sekadar Kue: Sebuah Warisan Budaya Sarawak

Kue Lapis Sarawak telah menjelma menjadi lebih dari sekadar kue; ia merupakan representasi budaya Sarawak yang dihargai dan dilindungi. Kue ini menjadi suguhan wajib dalam berbagai acara penting, terutama saat Idul Fitri, menandakan tradisi dan keramahan masyarakat setempat. Sebagai bentuk pengakuan atas nilai budaya dan ekonomi kue ini, pemerintah Malaysia telah memberikan perlindungan Indikasi Geografis (IG) pada Kue Lapis Sarawak sejak tahun 2010. Hal ini berarti hanya kue lapis yang diproduksi di Sarawak dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Sarawak Layer Cake Manufacturers Association yang berhak menggunakan nama 'Kue Lapis Sarawak'. Ini menjamin kualitas dan keaslian produk serta melindungi para pengrajin lokal.

Ketersediaan dan Harga

Meskipun harga kue lapis Sarawak cenderung tinggi, berkisar antara Rp 400.000 hingga lebih dari Rp 1.000.000 per potong, ketersediaannya semakin meluas. Selain di Malaysia, kue ini kini juga dapat ditemukan di beberapa toko kue di Indonesia dan platform belanja online, menawarkan pilihan yang lebih beragam bagi para penikmat kue lapis.


Varian Rasa: Kue Lapis Sarawak tersedia dalam berbagai varian rasa, seperti Pandan, Vanila, Cokelat, dan bahkan Oreo, menambah daya tarik dan variasi bagi konsumen.