Nia Ramadhani: Strategi Mendekatkan Diri dan Menjaga Batas dengan Mikhayla di Era Digital

Nia Ramadhani: Strategi Mendekatkan Diri dan Menjaga Batas dengan Mikhayla di Era Digital

Tantangan mengasuh anak di era digital menjadi sorotan dalam wawancara terbaru Nia Ramadhani. Ibu tiga anak ini berbagi pengalamannya dalam membina hubungan yang dekat dan terbuka dengan putri sulungnya, Mikhayla, sembari tetap mempertahankan otoritas sebagai orangtua. Perkembangan teknologi dan pergaulan bebas yang semakin cepat, menurut Nia, menuntut pendekatan yang adaptif dan bijaksana dalam mendidik anak remaja.

"Kita tidak bisa berharap terlalu tinggi," ujar Nia Ramadhani saat ditemui di Kawasan Kampung Makassar, Jakarta Timur, baru-baru ini. Ia menyadari perubahan zaman yang signifikan, dimana anak-anak muda sekarang cenderung lebih cepat dewasa dan terpapar informasi yang lebih beragam dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Sebagai seorang ibu, Nia menekankan pentingnya kedekatan sebagai kunci utama dalam memahami dan membimbing Mikhayla yang kini telah memasuki usia remaja. Kedekatan ini bukan hanya sekadar komunikasi verbal, tetapi juga melibatkan pemahaman yang mendalam tentang dunia Mikhayla.

Salah satu strategi Nia adalah keterbukaan akses terhadap kehidupan digital Mikhayla. Nia mengaku diperbolehkan Mikhayla untuk melihat isi pesan singkat putrinya setiap malam. "Dia memperbolehkan aku melihat chat-nya setiap malam. Tapi, aku tidak boleh bereaksi," jelas Nia. Strategi ini, meskipun awalnya mengejutkan, justru mempererat ikatan mereka. Nia belajar untuk mengelola emosi dan memberikan ruang bagi Mikhayla untuk bereksplorasi dalam batasan yang sehat. Kejutan-kejutan yang ia temukan dalam pesan Mikhayla justru menjadi bahan diskusi dan pembelajaran bersama, bukan sumber konflik.

Meski menerapkan pendekatan yang terbuka, Nia tetap menegaskan pentingnya menjaga otoritas orangtua. "Ada saatnya aku harus menegaskan bahwa dia masih anakku dan masih hidup dariku. Jadi, ada aturan-aturan yang harus dipatuhi," tegas Nia. Hal ini menekankan pentingnya keseimbangan antara kedekatan emosional dan penetapan batasan yang jelas dalam pengasuhan anak. Nia berhasil memadukan kedua hal tersebut, menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung pertumbuhan Mikhayla.

Selain hubungannya dengan Mikhayla, Nia juga mengungkap kedekatan putrinya dengan sang kakek, Aburizal Bakrie. Mikhayla, menurut Nia, sangat dimanja oleh kakeknya. "Dia memang dimanja karena dia anak perempuan bungsu dan pintar bermanja," kata Nia. Kedekatan ini menjadi elemen penting dalam kehidupan Mikhayla, menambah warna dalam dinamika keluarga yang harmonis.

Pengalaman Nia Ramadhani memberikan gambaran yang berharga bagi orangtua lain dalam menghadapi tantangan pengasuhan anak di era digital. Keberhasilannya dalam membangun hubungan yang dekat dan terbuka dengan Mikhayla, sembari tetap memegang teguh otoritas orangtua, menjadi contoh bagaimana adaptasi dan komunikasi yang efektif dapat menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan harmonis.

  • Kedekatan orangtua-anak: Membangun hubungan yang erat dan saling percaya adalah kunci utama.
  • Penggunaan teknologi: Mengakses kehidupan digital anak dengan bijak dan tanpa reaksi berlebihan.
  • Otoritas orangtua: Menetapkan batasan yang jelas dan konsisten untuk menjaga keseimbangan.
  • Komunikasi terbuka: Membuka ruang bagi anak untuk berbagi dan bercerita.
  • Dukungan keluarga: Peran keluarga besar dalam membentuk kepribadian anak.