Toleransi di Bali: Salat Tarawih Berjalan Lancar Saat Hari Raya Nyepi
Toleransi di Bali: Salat Tarawih Berjalan Lancar Saat Hari Raya Nyepi
Perayaan Hari Raya Nyepi tahun 2025 yang bertepatan dengan bulan Ramadan di Bali telah berlangsung dengan lancar dan harmonis. Meskipun Nyepi, hari suci umat Hindu di Bali, menekankan pada kesunyian dan refleksi diri, umat Muslim tetap dapat melaksanakan ibadah salat Tarawih tanpa menganggu kekhusyukan perayaan tersebut. Hal ini menunjukkan komitmen kuat masyarakat Bali dalam menjaga kerukunan antar umat beragama.
Kesepakatan yang telah dicapai antara berbagai pihak, termasuk Majelis Desa Adat (MDA) Bali, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), pemerintah daerah, serta tokoh-tokoh agama Islam dan Hindu, menjadi kunci keberhasilan penyelenggaraan ibadah secara bersamaan. Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, Ketua MDA Bali, menekankan pentingnya kesepakatan ini sebagai bukti nyata harmoni dan toleransi antar umat beragama di Bali, bahkan dunia. Ia menyampaikan, "Salat Tarawih dapat berjalan dengan lancar dan Nyepi tetap terjaga kesuciannya. Kami ingin menunjukkan kepada Indonesia dan dunia bahwa Bali merupakan contoh nyata keberagaman yang harmonis." Kesepakatan ini juga melibatkan Gubernur Bali, Kapolda Bali, dan Danrem setempat.
Untuk memastikan kelancaran ibadah salat Tarawih selama Nyepi, beberapa aturan khusus telah disepakati. Jemaah Muslim diimbau untuk berjalan kaki menuju masjid terdekat tanpa menggunakan kendaraan bermotor. Penggunaan pengeras suara juga dihindari, dan pelaksanaan salat Tarawih harus dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Langkah-langkah ini diambil untuk meminimalisir gangguan terhadap suasana khusyuk Nyepi. Partisipasi aktif para pecalang (petugas keamanan desa adat) dalam mengawal jalannya ibadah juga berperan penting dalam menjaga ketertiban dan keamanan.
Lebih lanjut, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet menambahkan, "Partisipasi Pecalang dan desa adat sangat penting dalam menjaga keseimbangan ini. Ini bukti bahwa Bali tetap menjaga kerukunan dan semangat toleransi." Kerjasama dan pemahaman yang baik antar umat beragama di Bali telah menciptakan suasana yang kondusif, sehingga kedua perayaan keagamaan dapat berjalan dengan damai dan saling menghormati. Keberhasilan ini menjadi contoh nyata bagi daerah lain di Indonesia dalam membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama.
Peristiwa ini bukan hanya sekedar penyelenggaraan ibadah keagamaan, melainkan juga sebuah pembelajaran berharga tentang pentingnya dialog, toleransi, dan kerja sama dalam keberagaman. Hal ini memperkuat citra Bali sebagai destinasi wisata yang kaya akan budaya dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
Berikut poin-poin penting kesepakatan yang tercapai:
- Jemaah salat Tarawih berjalan kaki menuju masjid.
- Dilarang menggunakan kendaraan bermotor.
- Dilarang menggunakan pengeras suara.
- Salat Tarawih dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditentukan.
- Pecalang desa adat membantu mengawal kelancaran ibadah.
Keberhasilan ini menunjukan bahwa perbedaan agama bukanlah penghalang bagi terciptanya kedamaian dan kerukunan di Bali.