Masjid Kobe: Simbol Ketahanan dan Pluralisme di Jepang

Masjid Kobe: Simbol Ketahanan dan Pluralisme di Jepang

Masjid Kobe, atau Kobe Muslim Mosque (神戸ムスリムモスク), berdiri tegak sebagai saksi bisu perjalanan panjang sejarah Islam di Jepang. Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid yang diresmikan pada 2 Agustus 1935 ini merupakan monumen hidup yang mengukuhkan keberagaman dan ketahanan di tengah gejolak sejarah Negeri Matahari Terbit. Berdiri kokoh setelah melewati Perang Dunia II dan Gempa Bumi Hanshin Awaji 1995, masjid ini pantas menyandang julukan “The Miracle Mosque”.

Gagasan pembangunan masjid ini muncul di awal abad ke-20, seiring meningkatnya populasi Muslim di Kota Kobe. M. A. K. Bochia menjadi inisiator pembangunan, sementara Ferozzuddin, seorang donatur utama, secara pribadi menanggung lebih dari separuh biaya konstruksi yang mencapai 120.000 yen saat itu (setara dengan puluhan juta rupiah saat ini). Peresmian masjid yang megah ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai negara, termasuk Rusia, Jerman, Manchuria, Tiongkok, Turkestan, Jawa, Mesir, dan Afghanistan. Ferozzuddin sendiri yang membuka pintu masjid dengan sebuah kunci perak, menandai dimulainya babak baru bagi umat Islam di Jepang. Azan Jumat pertama pun dikumandangkan dari menara masjid oleh Ferozzuddin, menandai tonggak sejarah bagi komunitas Muslim Kobe.

Desain masjid yang unik merupakan perpaduan harmonis antara arsitektur Islam dan estetika Jepang. Arsitek asal Ceko, Jan Josef Švagr, berhasil menciptakan sebuah bangunan yang tidak hanya fungsional sebagai tempat ibadah, tetapi juga indah dan mencerminkan budaya lokal. Ketahanan bangunan ini diuji berkali-kali. Perang Dunia II yang menghancurkan Kota Kobe tidak mampu merobohkan Masjid Kobe. Begitu pula dengan Gempa Bumi Hanshin Awaji 1995 yang berkekuatan 7,3 skala Richter dan menewaskan lebih dari 6.400 jiwa. Masjid ini tetap berdiri kokoh, menjadi simbol harapan dan ketahanan di tengah kepiluan.

Hari ini, Masjid Kobe bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga destinasi wisata yang menarik bagi pengunjung lokal dan mancanegara. Terletak sekitar 15 menit berjalan kaki ke utara dari Stasiun JR Sannomiya dan 10 menit ke selatan dari Kitano Ijinkan-Gai, masjid ini terbuka untuk umum. Jam operasionalnya adalah pukul 10.00 hingga 18.00 setiap hari, kecuali Jumat (buka pukul 14.00 hingga 18.00). Pengunjung non-Muslim dipersilakan untuk berkunjung, dengan catatan memperhatikan aturan yang tercantum di situs web resmi masjid. Keberadaannya sebagai simbol multikulturalisme Jepang menjadikannya destinasi penting bagi siapa pun yang ingin memahami sejarah Islam dan pluralisme di negara ini.

Masjid Kobe bukan hanya sebuah bangunan, tetapi sebuah kisah inspiratif tentang ketahanan, keberagaman, dan harmoni antar budaya. Kisah ini terus bergema, mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan kedamaian di tengah tantangan zaman.