Optimisme Indonesia Hadapi Perubahan Iklim: Sebuah Studi Global Menunjukkan Perbedaan Persepsi Antar Negara
Optimisme Indonesia Hadapi Perubahan Iklim: Studi Global Ungkap Perbedaan Persepsi
Sebuah studi terbaru yang melibatkan 30.000 responden dari 30 negara, yang dilakukan oleh tim peneliti dari Aarhus University, Denmark, dan International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), Austria, mengungkapkan temuan menarik terkait persepsi global terhadap perubahan iklim. Studi yang dipublikasikan di jurnal Risk Analysis ini, dilakukan antara Agustus hingga Desember 2022, mengungkapkan bahwa Indonesia termasuk dalam 12 negara yang menunjukkan optimisme tertinggi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Ke-12 negara tersebut didominasi oleh negara berkembang dan negara dengan ekonomi baru di Global South, dengan Amerika Serikat sebagai satu-satunya perwakilan dari negara-negara Global North. Temuan ini menunjukkan adanya disparitas signifikan dalam persepsi dan respons terhadap krisis iklim di seluruh dunia.
Analisis mendalam terhadap lima emosi utama—ketakutan, harapan, kemarahan, kesedihan, dan kekhawatiran—menunjukkan pola yang menarik. Negara-negara di Eropa, termasuk Jerman, Austria, dan Swedia, justru menempati peringkat terendah dalam hal optimisme, meskipun tingkat paparan bencana alam dan proyeksi dampak perubahan iklim relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara di Global South. Sebaliknya, emosi marah dan sedih mendominasi di negara-negara Eropa Selatan seperti Spanyol, Italia, dan Yunani. Brasil, di sisi lain, menunjukkan tingkat ketakutan dan kekhawatiran tertinggi terhadap perubahan iklim.
Studi ini juga menyelidiki korelasi antara emosi terkait iklim dengan dukungan terhadap teknologi intervensi iklim, seperti modifikasi radiasi matahari (SRM) dan penghilangan karbon dioksida (CDR). Chad M. Baum, penulis utama studi dan Asisten Profesor di Departemen Pengembangan Bisnis dan Teknologi, Aarhus University, menjelaskan bahwa meningkatnya bukti bencana terkait iklim dan lambatnya pengurangan emisi mendorong diskusi mengenai intervensi iklim di luar mitigasi dan adaptasi konvensional. Penelitian ini menganalisis hubungan statistik antara lima emosi dan dukungan terhadap 10 teknologi intervensi iklim, termasuk afforestation, penangkapan karbon langsung dari udara (direct air capture), dan injeksi aerosol stratosfer.
Hasilnya menunjukkan bahwa harapan, yang paling dominan di negara-negara Global South, menjadi pendorong utama dukungan terhadap intervensi iklim, khususnya SRM dan teknologi CDR inovatif seperti direct air capture. Ketakutan juga berkorelasi positif, meski dampaknya kurang signifikan dibandingkan harapan. Baum menekankan bahwa harapan, kekhawatiran, dan ketakutan—bersama dengan keinginan akan perlindungan—berhubungan positif dengan dukungan terhadap teknologi intervensi iklim yang lebih kontroversial. Kesimpulannya, studi ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan perspektif beragam negara di Global South dalam merumuskan strategi dan solusi menghadapi perubahan iklim global.
Temuan Utama Studi:
- Indonesia termasuk 12 negara teroptimis dalam menghadapi perubahan iklim.
- Sebagian besar negara optimis berasal dari negara berkembang di Global South.
- Negara-negara Eropa menunjukkan optimisme terendah.
- Emosi negatif seperti kemarahan dan kesedihan dominan di Eropa Selatan.
- Brasil menunjukkan tingkat ketakutan dan kekhawatiran tertinggi.
- Harapan dan ketakutan berkorelasi positif dengan dukungan terhadap teknologi intervensi iklim.
Studi ini memberikan wawasan berharga tentang kompleksitas persepsi global terhadap perubahan iklim dan pentingnya mempertimbangkan berbagai perspektif dalam merumuskan strategi yang efektif dan inklusif.