Wahyu Pertama: Gua Hira dan Peristiwa Bersejarah di Awal Kenabian Muhammad

Wahyu Pertama: Gua Hira dan Peristiwa Bersejarah di Awal Kenabian Muhammad

Peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira merupakan tonggak sejarah yang monumental dalam perjalanan Islam. Kejadian ini, yang menandai dimulainya kenabian beliau, tidak hanya memiliki signifikansi religius yang mendalam, tetapi juga menandai titik balik dalam sejarah umat manusia. Lokasi peristiwa ini, Gua Hira yang terletak di Bukit Jabal Nur, Mekkah, menjadi tempat suci yang dihormati hingga kini dan menjadi tujuan ziarah bagi banyak umat muslim.

Sebelum peristiwa agung tersebut, Nabi Muhammad SAW, yang dikenal karena kejujuran dan kemuliaan akhlaknya, kerap menghabiskan waktu untuk menyendiri di Gua Hira. Beliau dikenal sebagai sosok yang dikenal dengan sifatnya yang kontemplatif dan sering merenung tentang kebesaran Tuhan. Di tempat sunyi ini, jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota Mekkah yang kala itu masih dipenuhi dengan praktik penyembahan berhala, beliau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Justru di tengah kesunyian dan perenungan spiritual yang mendalam inilah wahyu pertama turun.

Berdasarkan berbagai riwayat, wahyu pertama tersebut datang pada 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus 610 Masehi. Saat itu, Nabi Muhammad SAW berusia 41 tahun. Kejadian ini digambarkan dengan kehadiran Malaikat Jibril, yang menyampaikan perintah Ilahi: "Iqra'" (Bacalah!). Perintah ini, meskipun terkesan sederhana, mengandung makna yang sangat dalam dan revolusioner. Rasulullah SAW yang saat itu belum bisa membaca merasa takut dan gentar. Namun, Malaikat Jibril kemudian membacakan ayat-ayat awal Surat Al-Alaq (96:1-5) sebagai wahyu pertama yang turun kepada beliau. Ayat-ayat tersebut antara lain berbunyi:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Yang artinya:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Pengalaman ini sungguh mengguncang dan meninggalkan kesan mendalam bagi Nabi Muhammad SAW. Beliau segera pulang kepada istrinya, Khadijah, untuk menceritakan pengalaman luar biasa tersebut. Khadijah, yang dikenal sebagai sosok yang sangat mendukung suaminya, menenangkan dan memberikan kekuatan kepada beliau. Mereka kemudian menemui sepupu Khadijah, Waraqah bin Naufal, seorang Nasrani yang mengenal Kitab Taurat dan Injil. Waraqah pun mengkonfirmasi bahwa apa yang dialami Muhammad adalah wahyu dari Allah SWT, seperti yang pernah dialami oleh Nabi Musa AS.

Setelah peristiwa di Gua Hira, Nabi Muhammad SAW mulai menerima wahyu secara bertahap selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Wahyu-wahyu tersebut kemudian dirangkum dan menjadi Al-Quran, kitab suci umat Islam yang hingga kini menjadi pedoman hidup bagi milyaran umat di seluruh dunia. Peristiwa di Gua Hira menandai dimulainya penyebaran Islam, sebuah agama yang membawa pesan damai, keadilan, dan tauhid, mengubah lanskap sejarah dan peradaban dunia.

Proses penerimaan wahyu di Gua Hira bukanlah semata-mata sebuah kejadian tunggal, melainkan bagian dari proses panjang dan penuh hikmah yang mempersiapkan Nabi Muhammad SAW untuk menjalankan tugas kenabiannya. Peristiwa ini juga menjadi bukti nyata kekuasaan dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya yang terpilih.

Berikut beberapa sumber rujukan yang mendukung uraian di atas:

  • 'Kuliah Al-Qur'an: Kajian Al-Qur'an dalam Teks dan Konteks' oleh Dr Lalu Muhammad Nurul Wathoni, MPdI
  • '49 Teladan dalam Al-Quran' oleh Ririn Rahayu Astutiningrum
  • 'Buku Mengenal Nabi Ulul Azmi' oleh Tim Anak Berilmu
  • '99 Kisah Menakjubkan Dalam Al-Quran' karya Ridwan Abqary
  • 'Komik Indahnya Juz Amma' oleh Aan Wulandari