Tradisi Unik Muslim Cham Vietnam dan Bukti Ilmiah atas Ayat Al-Qur'an tentang Api di Dasar Laut

Tradisi Unik Muslim Cham Vietnam dan Bukti Ilmiah Ayat Al-Qur'an

Praktik keagamaan komunitas Muslim Cham di Vietnam menyajikan sebuah studi kasus yang menarik dalam memahami keberagaman interpretasi dan penerapan ajaran Islam. Berbeda dengan mayoritas umat Muslim dunia, komunitas ini memiliki tradisi Ramadhan yang unik, yang disebut “Ramuwan,” di mana puasa bukanlah praktik utama. Bulan Ramuwan bagi mereka didedikasikan untuk pelatihan para pemuka agama baru, persiapan menghadapi kematian, dan penyucian spiritual. Selama bulan ini, keluarga-keluarga Muslim Cham mempersembahkan makanan kepada para pemuka agama yang akan menjalani masa meditasi selama tiga hari tanpa berbicara, makan, dan minum, diikuti dengan berdakwah di masjid selama 15 hari. Perbedaan ini, menurut penelitian “The Cham Muslims of Vietnam” oleh Jay Willoughby (1999), berakar pada proses Islamisasi yang tidak menyeluruh di Kerajaan Champa, di mana pertempuran dan pergolakan politik menghambat penyebaran ajaran Islam secara komprehensif. Akibatnya, ajaran Islam yang diterima oleh komunitas Cham tidak sepenuhnya utuh seperti yang dianut oleh mayoritas umat Muslim.

Selain praktik Ramadhan yang berbeda, komunitas Muslim Cham juga memiliki praktik shalat yang unik. Shalat fardhu, menurut mereka, dapat diwakilkan oleh seseorang yang disebut Acar. Hal ini semakin memperkaya pemahaman kita tentang keberagaman interpretasi dan adaptasi ajaran Islam dalam konteks budaya dan sejarah yang spesifik. Penelitian Bani Islam Cham di Vietnam (2008) oleh Ba Trung memberikan wawasan lebih lanjut mengenai praktik-praktik keagamaan komunitas ini. Perbedaan ini bukanlah pertanda penyimpangan, melainkan refleksi dari dinamika sejarah dan budaya yang membentuk identitas keagamaan komunitas Muslim Cham.

Bukti Ilmiah Ayat Al-Qur'an tentang Api di Dasar Laut

Di sisi lain, temuan ilmiah modern semakin menguatkan keajaiban firman Allah SWT. Ayat Al-Qur'an Surah At-Tur ayat 6, "وَالْبَحْرِ الْمَسْجُوْرِۙ", yang diterjemahkan sebagai “dan demi lautan yang dipanaskan (di dalamnya ada api),” mendapatkan dukungan dari penemuan-penemuan geologi terkini. Tafsir Al-Azhar karya Buya HAMKA menafsirkan ayat ini sebagai indikasi adanya panas atau api di dalam laut. Penafsiran ini diperkuat oleh ayat lain di Surah At-Takwir ayat 6, “وَاِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْۖ”, yang diterjemahkan sebagai “Demi apabila lautan telah mendidih.”

Temuan gunung berapi aktif di dasar laut di berbagai lokasi, seperti di laut Omurodashi, Jepang (2012), dan di lepas pantai Pasifik Kanada (2023), memberikan bukti empiris atas kebenaran ayat-ayat tersebut. Aktivitas vulkanik di dasar laut, dengan magma yang mencapai suhu lebih dari 1.000 derajat Celcius, menunjukkan adanya panas yang signifikan di kedalaman laut, sebagaimana yang dijelaskan dalam buku "Buku Pintar Sains dalam Al-Qur'an" oleh Nadiyah Thayyarah. Palung-palung di dasar laut dengan kedalaman 65-150 kilometer juga berkontribusi pada pemanasan dasar laut akibat dorongan batuan magma dari perut bumi. Penemuan-penemuan ini membuktikan keakuratan dan ketepatan Al-Qur'an sebagai kitab suci yang diturunkan 14 abad lalu. Hal ini menggarisbawahi kebesaran Allah SWT dan keagungan firman-Nya yang tetap relevan dan terbukti secara ilmiah hingga saat ini.