Rasulullah SAW dan Hikmah Kehematan Air: Teladan dan Dalil dalam Hadis

Rasulullah SAW dan Hikmah Kehematan Air: Teladan dan Dalil dalam Hadis

Keberadaan air bersih yang melimpah di era modern ini kerap kali membuat kita lalai akan pentingnya penghematan. Padahal, kehematan dalam penggunaan air merupakan ajaran penting dalam Islam, yang diteladankan langsung oleh Rasulullah SAW dan dijelaskan dalam berbagai hadis. Sikap bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam yang terbatas ini bukan sekadar tindakan praktis, melainkan juga mencerminkan keimanan dan kepedulian terhadap lingkungan.

Rasulullah SAW senantiasa memberikan contoh teladan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam penggunaan air. Beliau mengajarkan umatnya untuk tidak boros, bahkan ketika sumber air berlimpah. Hal ini tercermin dalam sabda beliau yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar, yang menceritakan peristiwa ketika Rasulullah SAW menegur Sa'ad karena dianggap boros saat berwudhu. "Alangkah borosnya wudhumu itu hai Sa'ad," sabda Rasulullah SAW. Kemudian Sa'ad bertanya, "Apakah di dalam berwudhu ada pemborosan?" Rasulullah SAW menjawab, "Ya, meskipun kamu berada di sungai yang mengalir." Hadis ini menjadi penegasan kuat bahwa kehematan dalam penggunaan air merupakan kewajiban, terlepas dari ketersediaan sumber air.

Lebih lanjut, kehematan Rasulullah SAW dalam penggunaan air juga terlihat dalam praktik kehidupan sehari-hari. Riwayat Bukhari menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW hanya menggunakan sekitar 2,5 liter air untuk mandi besar. Jumlah ini menunjukkan kesederhanaan dan kehati-hatian beliau dalam memanfaatkan sumber daya. Dengan satu mud air sekitar 625 mililiter, Rasulullah SAW mandi dengan satu sha' hingga empat mud, dan berwudhu dengan satu mud. Praktik sederhana ini menjadi teladan bagi umatnya untuk senantiasa menghemat air.

Pendapat para ulama juga mendukung pentingnya penghematan air. Syekh M Nawawi Banten, dalam karyanya Qûtul Habibil Gharib, Tausyih 'ala Fathil Qaribil Mujib, menjelaskan hukum mengambil air wudhu yang berlebihan sebagai sesuatu yang dimakruhkan. Beliau menyebutkan beberapa hal yang termasuk dimakruhkan dalam mengambil air wudhu, di antaranya adalah berlebihan dalam penggunaan air. Hal ini menunjukkan bahwa sikap boros dalam penggunaan air tidak hanya sekadar tidak dianjurkan, tetapi juga memiliki aspek hukum dalam ajaran Islam.

Oleh karena itu, penghematan air bukan hanya sekadar tuntutan praktis, melainkan juga merupakan manifestasi dari keimanan dan kepatuhan terhadap ajaran Rasulullah SAW. Kita dapat meneladani beliau dengan menggunakan air secukupnya, menutup keran dengan rapat, dan menggunakan aliran air yang kecil saat berwudhu atau mandi. Dengan demikian, kita dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian sumber daya air dan menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Sebagai penutup, ajaran Rasulullah SAW mengenai kehematan air mengandung pesan moral yang mendalam. Selain menekankan kebijaksanaan dalam penggunaan sumber daya alam, ajaran ini juga mengajarkan tentang kesederhanaan, kebersihan, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan mengamalkan ajaran ini, kita dapat menjadi umat yang beriman dan bertanggung jawab dalam menjaga kelangsungan hidup di bumi.

Berikut beberapa cara praktis dalam menghemat air:

  • Menggunakan shower daripada berendam dalam bak mandi.
  • Mematikan keran saat menggosok gigi atau mencuci tangan.
  • Memperbaiki kebocoran keran dan pipa secara segera.
  • Menggunakan mesin cuci dan pencuci piring dengan beban penuh.
  • Menampung air sisa cucian untuk menyiram tanaman.
  • Menggunakan alat penyiraman yang efisien untuk tanaman.