Operasi Gabungan AS-Irak Tewaskan Pemimpin Senior ISIS, Abdallah Al Rufayi

Operasi Gabungan AS-Irak Tewaskan Pemimpin Senior ISIS, Abdallah Al Rufayi

Komando Pusat Amerika Serikat (Centcom) secara resmi mengonfirmasi tewasnya Abdallah Makki Muslih Al Rufayi, pemimpin senior ISIS, dalam sebuah operasi gabungan antara pasukan Irak dan koalisi internasional pimpinan AS. Konfirmasi ini disampaikan melalui rilis video serangan yang menunjukkan momen tewasnya Al Rufayi dan seorang anggota ISIS lainnya. Rekaman video yang diunggah di platform X menampilkan kedua milisi tersebut mengenakan rompi bunuh diri yang, untungnya, tidak sempat diledakkan. Identifikasi Al Rufayi selanjutnya dipastikan melalui proses pencocokan DNA yang akurat. Keberhasilan operasi ini memberikan pukulan signifikan terhadap jaringan terorisme ISIS, yang meskipun telah kehilangan wilayah kekuasaannya sejak 2017, masih terus berupaya melancarkan serangan-serangan sporadis di Irak.

Pengumuman tewasnya Al Rufayi sebelumnya telah disampaikan oleh Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia Al Sudani, melalui media sosial X. Al Sudani menyebut Al Rufayi sebagai salah satu teroris paling berbahaya di Irak dan dunia. Ia menegaskan peran penting intelijen Irak dalam operasi tersebut, yang bekerja sama erat dengan koalisi pimpinan AS. Namun, pernyataan Al Sudani tidak mencantumkan detail waktu pasti kejadian tersebut. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump melalui Truth Social turut memberikan komentar atas tewasnya Al Rufayi, menyebutnya sebagai sebuah keberhasilan dalam memburu pemimpin ISIS yang telah lama menjadi target. Trump juga memuji keberanian pasukan Amerika yang terlibat dalam operasi tersebut dan menekankan koordinasi yang erat dengan Pemerintah Irak dan Pemerintah Daerah Kurdi.

Al Rufayi, yang telah masuk daftar sanksi AS sejak 2023, diketahui bertanggung jawab atas operasi-operasi ISIS di luar negeri. Kehadirannya di medan perang merupakan ancaman nyata terhadap keamanan regional dan internasional. Keberhasilan menetralisirnya menjadi bukti nyata dari komitmen berkelanjutan AS dan Irak dalam melawan terorisme. Meskipun ISIS telah kehilangan kendali atas wilayah-wilayah luas di Irak dan Suriah sejak kekalahan militernya pada akhir 2017 dan jatuhnya wilayah terakhirnya di Suriah pada 2019, ancaman kelompok ini belum sepenuhnya sirna. Sel-sel ISIS masih aktif di beberapa wilayah terpencil di Irak dan Suriah, melancarkan serangan-serangan gerilya terhadap pasukan keamanan Irak, terutama di daerah pedesaan.

Meskipun sekitar 2.500 tentara AS masih bertugas di Irak, pemerintah Irak menegaskan keyakinan mereka atas kemampuan pasukan keamanan Irak dalam menghadapi ancaman ISIS tanpa perlu dukungan militer asing secara terus-menerus. Hal ini sejalan dengan rencana penarikan bertahap pasukan koalisi internasional yang telah diumumkan pada September 2024, dengan target penarikan penuh pada September 2026, termasuk penarikan pasukan dari wilayah otonomi Kurdistan. Keberhasilan operasi penumpasan Al Rufayi menjadi langkah penting dalam transisi tersebut, memperkuat posisi Irak dalam menghadapi tantangan keamanan di masa depan. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat potensi munculnya ancaman baru dan adaptasi taktik dari kelompok-kelompok teroris.

Catatan: Informasi mengenai jumlah pasukan AS dan rencana penarikan pasukan dapat bervariasi tergantung pada sumber dan tanggal publikasi. Informasi tersebut didasarkan pada laporan yang tersedia pada saat penulisan.