Guardiola Akui Kegagalan City di Liga Champions dan Fokus pada Perbaikan di Musim Depan

Guardiola Akui Kegagalan City di Liga Champions dan Fokus pada Perbaikan di Musim Depan

Untuk pertama kalinya sejak menukangi Manchester City pada tahun 2016, Pep Guardiola harus menyaksikan Liga Champions dari luar lapangan. Kegagalan Manchester City melaju ke babak selanjutnya setelah dikalahkan Real Madrid dengan agregat 3-6 di babak 16 besar, menandai penampilan terburuk tim tersebut di kompetisi Eropa dalam sembilan tahun terakhir. Kecewa? Guardiola justru menunjukkan sikap sportif dan introspeksi diri.

Pelatih asal Spanyol ini mengakui bahwa penampilan City musim ini tidak cukup baik untuk bersaing di kancah Eropa. Prestasi City di fase grup pun jauh dari harapan, hanya mampu finis di posisi kedua dengan raihan 11 poin dari delapan pertandingan. Mereka hanya mampu meraih tiga kemenangan, sebuah catatan yang jauh dari standar tinggi yang biasanya ditunjukkan oleh tim asuhan Guardiola. Ia dengan lugas menyatakan bahwa timnya tidak pantas lolos ke babak selanjutnya.

"Tidak ada rasa sakit atau kekecewaan," ujar Guardiola dalam wawancara dengan ESPN pada Jumat (14/3). "Kami memang tidak layak berada di sana. Saya hanya seorang penonton yang ingin belajar dan menikmati pertandingan. Bahkan tim-tim besar seperti Atlético Madrid dan Liverpool pun telah tersingkir." Guardiola lebih lanjut menggambarkan betapa tipisnya margin kemenangan dan kekalahan dalam kompetisi sebesar Liga Champions, menyinggung eliminasi Julián Álvarez dan Atlético Madrid sebagai contoh. Ia menekankan bahwa tidak ada yang perlu menjelaskan kepadanya betapa pentingnya Liga Champions, tetapi realitanya, City musim ini belum layak bersaing di level tersebut.

Lebih lanjut, Guardiola menggambarkan kesimpulan yang tepat untuk musim City di Liga Champions adalah menikmati pertandingan dari rumah sambil bersantai. "Di musim ini, kami pantas berada di sofa dengan segelas anggur," ujarnya. Namun, pernyataan ini bukanlah bentuk penyerahan diri. Sebaliknya, hal ini diiringi oleh tekad untuk melakukan perbaikan di musim depan. "Semoga kami bisa tampil lebih baik dan lolos ke musim depan," harap Guardiola, menunjukkan optimisme dan komitmen untuk kembali ke puncak kompetisi Eropa.

Kegagalan ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi Guardiola dan timnya. Analisis mendalam terhadap performa tim sepanjang musim, termasuk strategi, performa individu pemain, dan adaptasi terhadap berbagai lawan, akan menjadi kunci utama untuk mengembalikan kejayaan City di Liga Champions. Guardiola, dengan reputasinya yang mumpuni, tentu akan memanfaatkan pengalaman ini untuk membimbing timnya menuju kesuksesan di masa mendatang.