Jejak Sejarah: Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim, Saksi Bisu Peradaban Islam di Gresik

Jejak Sejarah: Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim, Saksi Bisu Peradaban Islam di Gresik

Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim, yang terletak di Dusun Pesucinan, Desa Leran, Manyar, Gresik, menyimpan sejarah panjang peradaban Islam di Jawa. Bangunan tua ini, yang diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Pulau Jawa, masih berdiri kokoh hingga kini, menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan perkembangan agama Islam di wilayah tersebut. Keaslian arsitektur dan beberapa elemen bangunan aslinya berhasil dipertahankan, menjadikannya situs bersejarah yang patut dijaga kelestariannya.

Salah satu elemen yang menonjol dan menjadi ciri khas masjid ini adalah keberadaan sebuah kolam kuno. Kolam berukuran 3x3 meter dengan kedalaman sekitar 2,5 meter ini dipercaya telah ada sejak zaman Sunan Maulana Malik Ibrahim. Awalnya terletak di luar area masjid, kolam ini kini berada di dalam kompleks masjid setelah beberapa kali dilakukan renovasi dan perluasan. Kolam yang disebut Pesucinan ini, menjadi sumber air wudu bagi para jamaah dan menyimpan nilai historis yang mendalam, mengingat fungsinya sejak masa pendirian masjid.

Ketua Takmir Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim, Bapak Mushollin, memberikan keterangan berharga mengenai sejarah masjid ini. Beliau menjelaskan bahwa Sunan Maulana Malik Ibrahim, di awal abad ke-14 atau akhir abad ke-13 Masehi, mendarat di pelabuhan Leran, sebuah pelabuhan kecil yang terletak di sebelah barat masjid. Setelah melakukan salat istikarah, beliau mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan membangun sebuah pondok pesantren di sebelah baratnya. Nama Pesucinan yang melekat pada masjid ini merujuk pada kolam wudu tersebut, yang menjadi tempat suci bagi para jamaah untuk bersuci sebelum menjalankan ibadah.

Di dalam kompleks masjid, jejak-jejak sejarah masih terlihat jelas. Sisa-sisa langgar kecil, yang merupakan bangunan pendukung masjid, masih dilestarikan hingga saat ini. Hal ini menunjukkan upaya pelestarian yang dilakukan oleh pihak pengelola untuk menjaga keaslian bangunan bersejarah ini. Meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi, termasuk pemugaran besar pada akhir tahun 2023, pihak pengelola memastikan bahwa renovasi tersebut tidak mengubah bentuk orisinal masjid. Upaya ini merupakan komitmen untuk menjaga nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya.

Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Keberadaannya menunjukkan perkembangan awal Islam di Jawa dan menjadi bukti nyata pengaruh Sunan Maulana Malik Ibrahim dalam menyebarkan agama Islam di wilayah Gresik dan sekitarnya. Melalui pelestarian bangunan dan cerita-cerita sejarah yang melekat padanya, masjid ini menjadi tempat pembelajaran dan refleksi bagi generasi sekarang dan yang akan datang tentang pentingnya menjaga warisan sejarah dan budaya bangsa.

  • Detail Renovasi: Renovasi akhir tahun 2023 difokuskan pada perluasan dan perbaikan, namun tetap mempertahankan bentuk asli bangunan.
  • Lokasi Strategis: Masjid ini terletak dekat dengan pelabuhan Leran yang dulunya merupakan pelabuhan penting.
  • Nilai Historis: Kolam Pesucinan, sisa-sisa langgar kecil, dan arsitektur masjid menjadi bukti sejarah yang penting.