Kerusuhan di Puncak Jaya: Bentrokan Antar-Pendukung Paslon Tewaskan Satu Orang, Puluhan Bangunan Ludes Terbakar

Kerusuhan di Puncak Jaya: Bentrokan Antar-Pendukung Paslon Tewaskan Satu Orang, Puluhan Bangunan Ludes Terbakar

Kota Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua Pegunungan kembali menjadi saksi bisu atas tragedi kekerasan pasca Pilkada 2024. Bentrokan antara pendukung dua pasangan calon (paslon) bupati dan wakil bupati, Yuni Wonda-Mus Kogoya (paslon nomor urut 1) dan Miren Kogoya-Mendi Wonerengga (paslon nomor urut 2), yang terjadi pada Senin, 3 Maret 2025 pukul 14.30 WIT, telah mengakibatkan kerusakan besar dan jatuhnya korban jiwa. Puluhan rumah warga dan sejumlah kantor pemerintahan ludes terbakar akibat amuk massa yang saling menyerang. Jumlah pasti bangunan yang hancur masih dalam proses pendataan, namun laporan awal menyebutkan puluhan unit rumah dan bangunan pemerintah menjadi sasaran amukan massa.

Insiden ini bermula dari kematian seorang pendukung paslon nomor urut 2 yang ditemukan meninggal dunia di Jalan Kuburan, Distrik Pagaleme. Pihak keluarga korban, yang juga merupakan pendukung paslon nomor urut 2, kemudian melakukan aksi balasan terhadap pendukung paslon nomor urut 1. Bentrokan pun tak terelakkan, dengan kedua belah pihak menggunakan senjata tradisional seperti busur panah dan senjata tajam lainnya. Ajun Komisaris Besar Polisi Kuswara, Kapolres Puncak Jaya, membenarkan insiden ini dalam keterangan tertulis yang diterima media, Selasa, 4 Maret 2025. Ia menyatakan bentrokan dipicu oleh kasus penganiayaan yang mengakibatkan kematian tersebut. Hal senada juga diungkapkan Komisaris Besar Polisi Ignasius Benny Ady Prabowo, Kabid Humas Polda Papua, yang menambahkan bahwa aksi saling serang terjadi sepanjang jalan Kota Mulia setelah jenazah korban dibawa ke posko pendukung paslon nomor urut 2.

Kronologi Kejadian dan Eskalasi Konflik:

  • 3 Maret 2025: Bentrokan besar pecah di Kota Mulia, mengakibatkan puluhan bangunan terbakar.
  • Penyebab: Kematian seorang pendukung paslon nomor urut 2 akibat penganiayaan.
  • Senjata yang Digunakan: Busur panah dan senjata tajam.
  • Respons Aparat: Polres Puncak Jaya dan Kodim 1714/Puncak Jaya telah mengerahkan aparat gabungan untuk melerai bentrokan dan mengamankan situasi.

Tragedi ini bukan yang pertama. Sebelumnya, pada 5 Februari 2025, bentrokan pasca-putusan Mahkamah Konstitusi (MK) telah menewaskan satu orang, melukai 123 lainnya, dan membakar 32 rumah. Bentrokan susulan kembali terjadi pada 13 Februari 2025, mengakibatkan satu korban jiwa dan 10 rumah terbakar. Ratusan warga, terutama perempuan dan anak-anak, terpaksa mengungsi ke tempat aman seperti Polres Puncak Jaya, Kodim 1714/PJ, dan aula Gereja Injili di Indonesia (GIDI).

Pemerintah Daerah Kabupaten Puncak Jaya, bersama aparat penegak hukum dan tokoh masyarakat, terus berupaya meredakan konflik dan mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut. Namun, kejadian terbaru ini menunjukkan betapa rapuhnya perdamaian di wilayah tersebut dan mendesak adanya langkah-langkah preventif dan represif yang lebih efektif untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Investigasi menyeluruh atas insiden ini sangat penting untuk mengungkap akar permasalahan dan menuntut para pelaku bertanggung jawab. Upaya pemulihan bagi para korban, baik korban jiwa maupun material, juga perlu segera dilakukan.