Sabotase SPKLU Tesla Berujung Petaka: Pelaku Terbakar Saat Aksi Vandalisme

Sabotase SPKLU Tesla Berujung Petaka: Pelaku Terbakar Saat Aksi Vandalisme

Gelombang aksi vandalisme yang menargetkan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik Tesla, khususnya stasiun pengisian cepat (SPKLU) Supercharger, kembali terjadi. Insiden terbaru yang terjadi di North Charleston, Carolina Selatan, menyoroti meningkatnya eskalasi serangan ini, yang dipicu oleh beragam faktor, termasuk kontroversi seputar kepemimpinan Elon Musk dan sentimen politik terkini. Serangan ini bukan hanya menunjukkan meluasnya ketidakpuasan publik, namun juga berujung pada konsekuensi yang tak terduga bagi pelakunya.

Berbeda dengan aksi vandalisme sebelumnya, insiden di North Charleston memiliki alur cerita yang unik. Seorang pria yang identitasnya masih dirahasiakan, melancarkan serangan terhadap SPKLU Tesla dengan cara yang cukup ekstrem. Ia memulai aksinya dengan mencoret-coret dinding SPKLU dengan grafiti yang berisikan pesan bermuatan politik, menyerukan dukungan untuk Ukraina dan kecaman terhadap Presiden Donald Trump. Namun, puncak aksi vandalisme tersebut justru berujung pada kerugian bagi pelaku itu sendiri.

Menurut keterangan Kepolisian North Charleston, pria tersebut menggunakan sebuah bom molotov—sebuah botol yang diisi bahan bakar mudah terbakar—untuk merusak fasilitas SPKLU. Ironisnya, upaya perusakan tersebut justru berbalik menyerang dirinya. Saat melemparkan bom molotov, pakaian yang dikenakan pelaku terbakar, memaksanya melarikan diri dari lokasi kejadian dalam keadaan terluka. Hingga saat ini, Kepolisian belum berhasil menangkap pelaku, dan penyelidikan telah diserahkan kepada Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF) federal untuk penyelidikan lebih lanjut.

Insiden ini menambah daftar panjang serangan terhadap infrastruktur Tesla yang telah terjadi beberapa waktu belakangan, termasuk pembakaran tujuh stall SPKLU di Massachusetts. Meningkatnya aksi vandalisme ini memicu kekhawatiran di kalangan pemilik kendaraan Tesla. Sebagai respons atas meningkatnya ancaman ini, beberapa pemilik Tesla bahkan terlihat mengganti emblem kendaraan mereka dengan logo merek mobil lainnya sebagai bentuk pencegahan potensi serangan serupa. Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa contoh modifikasi tersebut, termasuk Cybertruck yang diberi emblem Toyota Hilux, Tesla Model S dengan logo Mazda, Tesla Model 3 dengan logo Honda, dan bahkan sebuah Model 3 dengan emblem Audi.

Meskipun motif pelaku belum sepenuhnya terungkap, insiden ini menyoroti pentingnya keamanan infrastruktur publik dan dampak dari tindakan vandalisme yang tidak bertanggung jawab. Pihak berwenang tengah bekerja keras untuk mengungkap identitas pelaku dan motif di balik serangan tersebut. Selain itu, insiden ini juga mengundang pertanyaan tentang bagaimana melindungi infrastruktur vital, seperti SPKLU, dari aksi vandalisme dan sabotase di masa mendatang. Kejadian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran berharga bagi semua pihak, untuk menjaga ketertiban dan keamanan publik.