Erosi Kali Ciliwung Ancam Permukiman Warga Srengseng Sawah: Lima Kali Longsor, Turap Permanen Tak Kunjung Terealisasi
Erosi Kali Ciliwung Sebabkan Longsor Berulang di Srengseng Sawah
Permukiman warga di Jalan H. Shibi, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, terus terancam akibat erosi Sungai Ciliwung. Sejak tahun 2020, setidaknya lima kali longsor terjadi, yang terakhir pada 5 Maret 2025. Bencana alam ini telah mengakibatkan kerusakan signifikan pada sejumlah rumah warga, termasuk rumah Iskandar (28), yang kini tinggal menyisakan puing-puing bangunan. Dulu, jarak rumah Iskandar ke bantaran kali mencapai tujuh meter, namun erosi yang terus menerus menggerus tanah telah membuat rumahnya berada di ambang bahaya.
Iskandar menceritakan, pada awal pembangunan rumahnya di tahun 2001, jarak tujuh meter dari bantaran sungai dianggap aman. Namun, perubahan kondisi sungai akibat erosi menyebabkan jarak tersebut semakin menipis hingga akhirnya longsor pertama terjadi pada tahun 2020, mengakibatkan retakan di rumahnya. Longsor susulan terus terjadi hingga mengakibatkan kerusakan parah pada 5 Maret lalu. Saat ini, akses jalan dan lahan kosong di depan rumahnya telah lenyap terbawa arus Kali Ciliwung. Kehilangan akses jalan memaksa warga untuk membangun jembatan darurat demi dapat keluar masuk rumah mereka. Beberapa keluarga terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Upaya Warga dan Ketidakhadiran Turap Permanen
Warga telah berulang kali mengajukan permohonan pembangunan turap permanen kepada dinas atau suku dinas terkait sejak tahun 2020. Namun, hingga kini, permohonan tersebut belum membuahkan hasil. Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah hanya berupa pemasangan dolken (kayu penyangga sementara), yang dinilai tidak mampu memberikan solusi jangka panjang dan hanya bersifat penanganan darurat. Ketiadaan turap permanen meningkatkan kekhawatiran warga akan terjadinya longsor susulan yang lebih besar dan mengancam keselamatan mereka.
"Tadinya kita merasa aman karena jaraknya jauh dari sungai. Tapi tanah terus tergerus, dan sekarang rumah sudah berada di area yang sangat rawan. Kita sudah berupaya melapor ke dinas terkait, tapi belum ada penanganan maksimal," ungkap Iskandar dengan nada penuh kecemasan. Ia berharap pemerintah segera mengambil tindakan konkret untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali dan memberikan rasa aman bagi warga yang tinggal di sekitar bantaran Kali Ciliwung.
*Kondisi rumah warga pasca longsor: * Bangunan depan hancur. * Akses jalan hilang. * Lahan kosong di depan rumah hanyut. * Beberapa keluarga mengungsi.
*Upaya yang telah dilakukan warga: * Melaporkan kejadian ke dinas terkait sejak 2020. * Membangun jembatan darurat.
*Permohonan warga: * Pembangunan turap permanen untuk mencegah longsor berulang.