Banjir Rawajati Kembali Melanda: Warga Yakini Siklus Lima Tahunan, BMKG Beri Penjelasan

Banjir Rawajati Kembali Melanda: Warga Yakini Siklus Lima Tahunan, BMKG Beri Penjelasan

Kampung Rawajati, Jakarta Selatan, kembali terendam banjir. Kejadian ini memicu kekhawatiran warga yang mengaitkannya dengan apa yang mereka sebut sebagai 'siklus banjir lima tahunan'. Banjir kali ini, menurut beberapa warga, bahkan lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Eva (43), seorang warga RT4/RW7 yang mengungsi, menggambarkan situasi tersebut serupa dengan banjir besar tahun 2007 dan 2012. "Ini kayak banjir kemarin 2012. Saya tahun 2007 banjir bandang kena, yang Jakarta darurat. Kita sampai ngungsi di flyover, parah itu," kenangnya. Pengalaman serupa juga diungkapkan oleh Sarinten (52), warga RT2/RW7, yang terakhir mengalami banjir besar pada tahun 2020. Keduanya sepakat bahwa banjir kali ini terasa lebih dahsyat dan terjadi setelah jeda waktu yang hampir lima tahun.

Persepsi tentang 'siklus banjir lima tahunan' memang lazim beredar di masyarakat Jakarta. Namun, pandangan ini dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dalam pernyataan resmi pada 12 Januari 2012, BMKG menegaskan tidak adanya siklus banjir lima tahunan yang ilmiah. Kasubid Informasi BMKG saat itu, Hary Tirto Djatmiko, menjelaskan bahwa intensitas hujan setiap tahun relatif sama, dan kejadian banjir besar yang berjarak sekitar lima tahun hanyalah kebetulan. "Tidak ada istilah banjir lima tahunan, karena tiap tahun intensitas hujan ya sama saja. Itu cuma kebetulan," tegasnya.

Meskipun BMKG telah memberikan penjelasan ilmiah, persepsi warga mengenai siklus banjir lima tahunan tetap melekat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk pengalaman pribadi yang traumatis, kurangnya informasi publik yang memadai mengenai pola curah hujan dan manajemen banjir, serta informasi yang tidak terverifikasi yang beredar di masyarakat. Perlu upaya lebih lanjut dari pemerintah dan instansi terkait untuk memberikan edukasi publik yang komprehensif mengenai mitigasi bencana banjir, termasuk penjelasan ilmiah mengenai pola curah hujan dan faktor-faktor yang menyebabkan banjir di Jakarta.

Lebih lanjut, kejadian banjir di Rawajati juga menyoroti pentingnya infrastruktur penanggulangan banjir yang memadai. Peningkatan kapasitas saluran drainase, pengelolaan sampah yang efektif, serta pengembangan sistem peringatan dini yang handal sangat diperlukan untuk mengurangi dampak banjir dan melindungi warga dari kerugian material dan emosional. Selain itu, perlu adanya evaluasi terhadap perencanaan tata ruang kota untuk memastikan pembangunan tidak memperparah risiko banjir di daerah-daerah rawan.

Banjir di Rawajati bukan hanya masalah lokal, melainkan juga mencerminkan tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya air dan penanggulangan bencana di kota metropolitan seperti Jakarta. Perlu kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk menciptakan solusi jangka panjang yang berkelanjutan dalam mengatasi masalah banjir dan melindungi kehidupan warga.

  • Catatan: Peristiwa banjir di Rawajati terjadi pada Selasa, 4 Maret 2025.