Serangan Busur Panah dan Aksi Geng Motor di Makassar: Ancaman Keamanan di Bulan Ramadan

Serangan Busur Panah dan Aksi Geng Motor di Makassar: Ancaman Keamanan di Bulan Ramadan

Kota Makassar, Sulawesi Selatan, tengah dibayangi keresahan akibat meningkatnya aksi kekerasan yang dilakukan oleh geng motor dan pelaku penyerangan menggunakan busur panah, khususnya di awal bulan Ramadan. Serangkaian peristiwa dalam beberapa hari terakhir telah menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat dan memicu kekhawatiran akan keamanan, terutama saat menjalankan ibadah di bulan suci ini. Kejadian ini bukan hanya sekadar aksi kriminal biasa, tetapi juga menunjukkan adanya ancaman serius terhadap ketertiban dan keamanan publik.

Kronologi Kejadian

Serangkaian insiden kekerasan ini dimulai dengan penyerangan terhadap seorang anggota kepolisian, Bripda MRH (21), pada Sabtu, 1 Maret 2025, sekitar pukul 06.45 WITA. Bripda MRH menjadi korban serangan busur panah saat berada di sekitar Jalan Pelita, Kecamatan Panakkukang, setelah menunaikan salat Subuh. Anak panah yang mengenai lengannya mengakibatkan luka serius dan mengharuskannya menjalani operasi. Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, mengkonfirmasi kejadian tersebut dan menyatakan bahwa penyelidikan terhadap motif dan pelaku masih terus dilakukan.

Keesokan harinya, Minggu, 2 Maret 2025, sekitar pukul 03.30 WITA, seorang remaja berinisial IAN menjadi korban serangan busur panah di Jalan Tinumbu, Kecamatan Bontoala. IAN yang tengah menunggu waktu sahur bersama teman-temannya terkena anak panah di leher, meskipun lukanya tidak terlalu parah dan tidak memerlukan perawatan medis intensif. Polsek Bontoala, di bawah pimpinan Kompol Andi Aris Abu Bakar, telah memulai penyelidikan terkait insiden ini.

Puncaknya, pada malam yang sama, dua pemuda, Arisandi dan Billy, menjadi korban penganiayaan oleh sekelompok geng motor di Jalan Borong Raya, Kecamatan Manggala. Mereka diserang secara brutal setelah terjadi kecelakaan kecil yang melibatkan kendaraan mereka dengan sepeda motor yang dikendarai oleh para pelaku. Arisandi mengalami luka memar di sekujur tubuhnya, sementara Billy menderita luka tusuk di perut dan bahu yang memerlukan perawatan rumah sakit. Modus operandi para pelaku yang secara acak menyerang warga membuat keresahan semakin meluas.

Dampak Psikologis dan Sosial

Kekerasan yang terjadi telah menimbulkan dampak psikologis yang signifikan bagi warga Makassar. Alif (32), seorang warga, mengungkapkan kekhawatirannya akan situasi yang semakin tidak aman, terutama di malam hari. Banyak warga, termasuk Alif, merasa takut untuk keluar rumah, bahkan untuk beribadah di masjid. Hal senada disampaikan oleh Guntur (35), yang juga meminta peningkatan patroli keamanan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Guntur bahkan mengaku melihat langsung gerombolan geng motor yang berjumlah sekitar 20 sepeda motor dengan tiga penumpang per sepeda motor, berkeliaran dan mencari korban secara acak. Mereka membawa senjata tajam, termasuk busur dan parang, dan tampak sengaja mencari masalah. Kejadian ini menunjukkan betapa berani dan terorganisirnya kelompok pelaku, serta menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi kekerasan di masa mendatang.

Upaya Kepolisian

Pihak kepolisian hingga saat ini masih melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap identitas para pelaku dan motif di balik serangkaian aksi kekerasan ini. Upaya pencegahan dan peningkatan patroli keamanan diharapkan dapat meminimalisir kejadian serupa dan mengembalikan rasa aman bagi warga Makassar, khususnya selama bulan Ramadan. Langkah tegas dan terukur dari aparat penegak hukum sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi masyarakat untuk menjalankan ibadah dengan tenang.