Klaim Peningkatan Oktan BBM dengan Penambahan Logam: Mitos atau Realita?
Klaim Peningkatan Oktan BBM dengan Penambahan Logam: Mitos atau Realita?
Belakangan ini, marak beredar informasi mengenai metode peningkatan nilai oktan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan penambahan logam tertentu. Klaim tersebut menyebutkan bahwa pencampuran logam spesifik ke dalam BBM, baik melalui tangki bahan bakar maupun jalur khusus sebelum injektor, dapat meningkatkan kualitas BBM dan nilai oktan. Namun, benarkah klaim ini? Sebuah analisis mendalam diperlukan untuk mengungkap fakta di balik metode kontroversial ini.
Ahli dari Tim Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, menyatakan keraguannya terhadap efektivitas metode tersebut. Menurutnya, jika penambahan logam mampu memecah senyawa dalam BBM dan meningkatkan oktan secara signifikan, maka industri pengilangan minyak pasti telah mengadopsi metode tersebut. Proses pengilangan minyak yang kompleks, seperti destilasi, reforming, kraking, isomerisasi, dan hidrokraking, yang bertujuan meningkatkan kualitas BBM, akan menjadi usang jika metode sederhana penambahan logam terbukti efektif. Proses tersebut jauh lebih rumit dan mahal daripada sekadar mencampurkan logam ke dalam BBM.
Tri menjelaskan, nilai oktan BBM ditentukan oleh komposisi senyawa-senyawa hidrokarbon, termasuk parafin, isoparafin, olefin, naftan, dan aromatik. Oleh karena itu, peningkatan nilai oktan bukanlah proses sederhana yang dapat dicapai hanya dengan mencampurkan logam. Proses kimiawi yang kompleks dalam kilang minyak bertujuan memanipulasi rasio senyawa-senyawa tersebut untuk mencapai nilai oktan yang diinginkan. Menambahkan logam tidak akan mampu mereplikasi kompleksitas proses tersebut.
Lebih lanjut, Tri memperingatkan akan dampak negatif dari penambahan logam ke dalam BBM. Metode ini tidak hanya tidak efektif dalam meningkatkan nilai oktan, tetapi juga berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia dan komponen mesin kendaraan. Berikut beberapa zat berbahaya yang dapat dihasilkan dari pencampuran BBM dengan logam tertentu:
- Tetraethyl Lead (Timbal): Merupakan logam berat yang sangat berbahaya. Jika terhirup, timbal akan terakumulasi di paru-paru dan meningkatkan risiko kanker. Paparan timbal pada otak juga dikaitkan dengan autisme.
- Ferrocene (Besi): Dapat mempercepat keausan cylinder liner, komponen vital dalam mesin kendaraan.
- Methylcyclopentadienyl manganese tricarbonyl (MMT / Mangan): Berpotensi menyebabkan busi kendaraan cepat rusak.
Kesimpulannya, klaim peningkatan nilai oktan BBM dengan penambahan logam perlu dipertanyakan. Bukti ilmiah dan praktik industri pengolahan BBM menunjukkan bahwa metode ini tidak efektif dan justru berisiko. Proses peningkatan oktan yang benar membutuhkan teknologi dan proses yang rumit di kilang minyak, bukan hanya pencampuran logam secara sederhana. Masyarakat diimbau untuk waspada terhadap informasi yang tidak berdasar dan berpotensi merugikan.