Paula Verhoeven Ungkap Kesulitannya Mendekatkan Diri pada Anak-Anak Setelah Enam Bulan Berpisah

Paula Verhoeven Ungkap Kesulitannya Mendekatkan Diri pada Anak-Anak Setelah Enam Bulan Berpisah

Model dan presenter Paula Verhoeven baru-baru ini berbagi kisah haru tentang tantangan yang dihadapinya dalam membina hubungan dengan kedua anaknya. Dalam sebuah kesempatan di acara Kajian Hati, Paula mengungkapkan bahwa selama enam bulan terakhir, ia kesulitan untuk dekat dengan anak-anaknya karena mereka menunjukkan ketakutan ketika berada di dekatnya. Pernyataan ini disampaikan Paula dengan berlinang air mata, mencerminkan beban emosional yang ia rasakan.

Kisah Paula menarik simpati saat ia menceritakan bagaimana ia berupaya untuk mendekati anak-anaknya. Ia menjelaskan bahwa anak-anaknya menunjukkan reaksi takut dan menangis ketika berada di dekatnya. Sebagai seorang ibu, Paula mencari solusi agar dapat tetap terhubung dengan anak-anaknya tanpa menimbulkan rasa takut. Ia memilih untuk bertemu anak-anaknya di tempat netral, yaitu sekolah, dimana suasana yang lebih formal dan terstruktur dapat membantu meredakan ketegangan dan menciptakan lingkungan yang lebih nyaman bagi mereka untuk berinteraksi.

"Alhamdulillah masih bisa ketemu. Cuma memang sudah 6 bulan tidak bisa tidur bersama (anak-anak). Anaknya memang ketakutan kalau berada di dekat saya gitu, menangis," ungkap Paula Verhoeven dalam tayangan YouTube Trans TV Official. Ia menambahkan bahwa pertemuan di sekolah membantu komunikasi berjalan lebih lancar. Anak-anaknya lebih terbuka untuk berbicara dan berinteraksi di lingkungan tersebut dibandingkan di rumah.

Reaksi emosional Paula memuncak ketika ia mendengarkan cerita Asha Shara, yang juga hadir dalam acara Kajian Hati tersebut. Asha Shara berbagi kisah pilunya tentang ketakutannya akan dilupakan oleh anak-anaknya setelah berpisah lama. Kesamaan perasaan ini menimbulkan simpati mendalam dan mengakibatkan Paula menangis terharu.

Ustaz Hilman Fauzi, pembimbing spiritual dalam acara tersebut, memberikan nasihat bijak kepada Paula dan para jemaah. Beliau menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara orang tua dan anak, terutama setelah perpisahan. Ustaz Hilman mengingatkan korban terbesar dari perpisahan orang tua adalah anak-anak, yang bisa mengalami trauma emosional akibat perpisahan tersebut.

Ustaz Hilman juga mengingatkan pengorbanan besar yang dilakukan seorang ibu untuk anak-anaknya, mulai dari masa kehamilan, persalinan, menyusui, hingga membesarkan mereka. Ia menggambarkan lima jenis air yang dikeluarkan oleh ibu untuk anak-anaknya—air ketuban, air darah, air susu, air keringat, dan air mata—sebagai simbol pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu.

Paula mengakui bahwa proses ini sangat mengajarkannya tentang melepas kemelekatan. Ia mengatakan bahwa itu bukanlah tanda penyerahan diri, melainkan suatu usaha untuk membuat anak-anaknya merasakan bahwa ia selalu berjuang untuk mereka. Kisah Paula Verhoeven ini menunjukkan tantangan nyata yang dihadapi seorang ibu dalam berupaya membina hubungan yang kuat dengan anak-anaknya, bahkan di tengah kesulitan dan tantangan emosional yang berat.

Meskipun berada di lingkaran selebriti, Paula menunjukkan kerentanan dan ketegaran sebagai seorang ibu yang berjuang untuk keluarga. Kisahnya menjadi cerminan bagi banyak orang tua yang menghadapi situasi sejenis, menunjukkan bahwa memahami dan mencari solusi adalah kunci untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan anak-anak.