Tragedi Mannheim: Serangan Mobil di Festival Karnaval Renggut Nyawa, Tingkatkan Kekhawatiran Keamanan di Jerman

Tragedi Mannheim: Serangan Mobil di Festival Karnaval Renggut Nyawa, Tingkatkan Kekhawatiran Keamanan di Jerman

Suasana meriah Karnaval di Mannheim, Jerman, berubah menjadi duka mendalam menyusul insiden penyerangan yang dilakukan seorang pria dengan menabrakkan kendaraannya ke kerumuman warga pada Minggu (2/3) dan Senin (3/3). Peristiwa tragis ini mengakibatkan sedikitnya dua orang meninggal dunia dan sebelas lainnya mengalami luka-luka. Insiden terjadi di tengah keramaian festival yang dipenuhi wahana hiburan dan pedagang kaki lima, mengubah pusat kota yang semarak menjadi lokasi tragedi. Tersangka, seorang warga Jerman berusia 40 tahun, kini ditahan dan menghadapi tuduhan pembunuhan dan percobaan pembunuhan. Kondisi tersangka yang melukai dirinya sendiri setelah kejadian, membuat proses interogasi terhambat sementara pihak berwenang tengah menyelidiki riwayat psikologisnya.

Pasca insiden, jalan utama kota ditutup sementara polisi menjaga ketat akses masuk. Banyak warga yang sebelumnya mengikuti perayaan Karnaval memilih meninggalkan lokasi kejadian. Reaksi warga beragam, mulai dari keterkejutan hingga sikap realistis yang menganggap insiden serupa telah menjadi hal biasa. Sistem peringatan darurat melalui ponsel turut diaktifkan, namun bagi mereka yang berada jauh dari lokasi kejadian, pesan tersebut menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran akan keselamatan kerabat dan keluarga mereka di Mannheim. "Kekhawatiran saya adalah apakah saudara saya selamat, karena dia juga tinggal di Mannheim. Untungnya, dia aman," ujar Gabriel (19), warga Mannheim yang menghubungi saudaranya usai menerima peringatan tersebut.

Meningkatnya Kejadian Serangan Publik di Jerman:

Kejadian ini bukanlah insiden terisolasi. Jerman dalam beberapa bulan terakhir telah mengalami serangkaian serangan publik. Mannheim sendiri pernah menjadi lokasi insiden serupa, di mana seorang polisi tewas dalam upaya mencegah penusukan tahun lalu. Serangan serupa juga terjadi di Solingen dan Aschaffenburg. Penggunaan kendaraan sebagai senjata dalam serangan juga bukan hal baru. Kasus serupa terjadi di München pada Februari lalu dan di Magdeburg pada Desember, dengan korban jiwa yang lebih besar. Meskipun motif serangan di Mannheim belum dipastikan terkait politik atau agama, frekuensi serangan publik ini menimbulkan kekhawatiran akan keamanan di Jerman. "Ini sudah jadi berita sehari-hari di Jerman sekarang," ungkap Gabriel, mencerminkan sentimen publik yang semakin pesimis.

Di tengah keprihatinan publik, Walikota Mannheim, Christian Specht, memerintahkan bendera dikibarkan setengah tiang sebagai tanda duka. Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, dan calon kanselir, Friedrich Merz, turut menyampaikan belasungkawa dan menekankan perlunya upaya pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang. Merz bahkan menyatakan, "Jerman harus menjadi negara yang aman kembali." Sentimen ini turut diungkapkan Alik (30), warga Mannheim yang bersama istrinya menghadiri acara doa untuk korban, namun terkejut melihat minimnya partisipasi warga.

Analisis:

Serangan di Mannheim, meskipun motifnya masih diselidiki, menimbulkan pertanyaan serius tentang keamanan publik di Jerman. Meningkatnya frekuensi serangan, baik dengan senjata tajam maupun kendaraan, telah menciptakan rasa takut dan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat. Pernyataan para pejabat pemerintah, meski menyampaikan belasungkawa, juga mengindikasikan perlunya langkah-langkah konkrit untuk meningkatkan keamanan dan mencegah tragedi serupa terulang di masa mendatang. Kejadian ini menyoroti urgensi penanganan masalah kesehatan mental dan perlunya evaluasi strategi keamanan publik untuk memastikan keamanan warga negara Jerman.

Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan laporan dari berbagai sumber, termasuk DW berbahasa Inggris.