Tradisi Ngabuburit Unik di Polewali Mandar: Memburu Kepiting Bakau di Muara Sungai

Tradisi Ngabuburit Unik di Polewali Mandar: Memburu Kepiting Bakau di Muara Sungai

Di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, bulan Ramadhan tak hanya dipenuhi dengan ibadah semata. Warga, khususnya para pemuda di Kampung Birbon, menciptakan tradisi unik untuk mengisi waktu ngabuburit: menangkap kepiting bakau di muara sungai. Kegiatan ini bukan sekadar mencari hiburan semata, melainkan juga merupakan aktivitas yang bermanfaat secara ekonomi dan spiritual bagi masyarakat setempat.

Praktik menangkap kepiting bakau ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Birbon. Muara sungai yang kaya akan ekosistem mangrove menjadi lokasi ideal untuk aktivitas ini. Kedekatan lokasi penangkapan dengan pemukiman warga, hanya sekitar 10 meter dari rumah-rumah, memudahkan para pemuda untuk memantau perangkap mereka tanpa harus menempuh perjalanan jauh. Teknik penangkapan yang digunakan pun sederhana, memanfaatkan jaring bubu yang dipasang di pagi atau siang hari dan dipanen menjelang waktu berbuka puasa. Beberapa warga bahkan memasang perangkap semalaman untuk kemudian diperiksa keesokan harinya. Sistem ini terbukti efektif, menghasilkan tangkapan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, baik untuk menu berbuka maupun sahur.

Jaring bubu yang digunakan memiliki panjang sekitar 10 meter, dan para pemuda seringkali memasang beberapa jaring di titik-titik berbeda untuk memaksimalkan hasil tangkapan. Bukan hanya kepiting bakau, mereka juga seringkali mendapatkan hasil tangkapan lain seperti ikan, udang, dan kerang. Kelimpahan hasil tangkapan ini bahkan membuka peluang ekonomi bagi warga. Kepiting bakau yang berlebih dapat dijual di pasar lokal, menambah pemasukan bagi keluarga. Sementara itu, menurut Fahmi, salah seorang warga, aktivitas ngabuburit ini memberikan manfaat spiritual yang tak kalah penting. Dengan mengisi waktu luang dengan kegiatan positif, rasa lapar dan haus selama berpuasa terasa lebih terkendali, membuat ibadah puasa menjadi lebih khusyuk dan bermakna.

"Ini bukan sekadar mencari kepiting," ujar Fahmi. "Ini tentang mengisi waktu dengan kegiatan produktif yang bermanfaat, sekaligus mempererat silaturahmi antar pemuda. Rasa lapar dan haus seakan sirna tergantikan dengan kebersamaan dan kegembiraan saat menunggu waktu berbuka." Tradisi menangkap kepiting bakau ini menggambarkan bagaimana masyarakat Birbon mampu menggabungkan aspek ekonomi, sosial, dan spiritual dalam menjalani bulan Ramadhan. Mereka menjadikan momen ngabuburit sebagai kesempatan untuk mempererat ikatan sosial sekaligus memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Aktivitas ini juga menjadi bukti kearifan lokal yang masih lestari dan patut dijaga kelangsungannya.

Keuntungan dari Tradisi Menangkap Kepiting Bakau:

  • Manfaat ekonomi: Menambah penghasilan keluarga melalui penjualan hasil tangkapan.
  • Manfaat sosial: Mempererat silaturahmi antar pemuda dan warga.
  • Manfaat spiritual: Mengisi waktu ngabuburit dengan kegiatan positif, membantu ibadah puasa menjadi lebih khusyuk.
  • Kelestarian lingkungan: Menggunakan metode penangkapan yang sederhana dan ramah lingkungan.