Banjir Bekasi: Korban Banjir Arthera Hill 2 Mengalami Kerugian Ganda Akibat Pencurian dan Rusaknya Perabotan

Banjir Bekasi: Korban Banjir Arthera Hill 2 Mengalami Kerugian Ganda Akibat Pencurian dan Rusaknya Perabotan

Peristiwa banjir yang melanda Perumahan Arthera Hill 2, Desa Jayasampurna, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa, 4 Maret 2025, tak hanya meninggalkan kerugian materiil berupa kerusakan rumah dan perabotan, tetapi juga menambah derita para penghuni akibat pencurian barang-barang mereka. Banjir yang merendam rumah-rumah hingga atapnya saja, memaksa warga mengungsi, dan ketika air surut, mereka mendapati pemandangan pilu: banyak perabotan rumah tangga mereka telah raib digondol para pemulung.

Adam, salah satu warga Arthera Hill 2, mengungkapkan keprihatinannya atas kejadian tersebut. Ia menjelaskan bahwa para pemulung menyasar berbagai barang yang terbawa arus banjir, mulai dari barang elektronik seperti televisi hingga perlengkapan rumah tangga seperti kasur, sapu, ember, tong sampah, bahkan toren air. Kejadian ini terjadi ketika sebagian besar warga masih berada di tempat pengungsian dan belum kembali ke rumah masing-masing, sehingga mereka tak berdaya mencegah aksi pencurian tersebut. "Mereka mengambil perabot yang ada di depan rumah," kata Adam. "Televisi, banyak sekali. Benar-benar seperti barang jarahan." Kehilangan ini semakin memperburuk kondisi ekonomi warga yang telah mengalami kerugian akibat banjir.

Banjir yang terjadi dua kali dalam waktu singkat, yaitu pada 28 Februari dan 4 Maret 2025, dengan ketinggian air yang melebihi tinggi orang dewasa, membuat evakuasi warga menjadi sangat krusial. Proses evakuasi berlangsung selama berjam-jam, dari pukul 03.00 hingga 16.00 WIB, membawa mereka ke tempat yang lebih aman di dalam kompleks perumahan Arthera Hill 1. Salah satu warga lainnya, Hadi, menggambarkan kondisi rumahnya setelah banjir surut sebagai "berantakan total", dengan lumpur yang menodai dinding dan perabotan. Kerusakan yang terjadi bahkan sulit diperbaiki akibat banyaknya barang yang terbawa arus.

Kedua warga tersebut menaksir kerugian akibat banjir mencapai puluhan juta rupiah per rumah tangga. Angka tersebut baru mencakup kerugian materiil berupa kerusakan dan kehilangan perabotan. Belum termasuk biaya perbaikan rumah, cicilan KPR, dan biaya sewa kontrakan yang harus mereka tanggung selama masa pemulihan. Kondisi ekonomi yang semakin sulit memaksa warga untuk saling membantu, seperti yang dilakukan Adam yang berbagi kontrakan miliknya untuk menjadi tempat pengungsian dan penyimpanan barang bagi empat kepala keluarga lain.

Penyebab banjir, menurut warga, adalah jebolnya tanggul water pond di perumahan tersebut. Tanggul yang terbuat dari tumpukan tanah yang tidak kokoh dan irigasi yang tidak memadai, ditambah dengan debit air Kali Cikarang yang tinggi akibat kiriman air dari Bogor, mengakibatkan luapan air yang tak terbendung. Ukuran water pond yang hanya 2 persen dari luas perumahan (2.257 m²) dengan kedalaman 2 meter, dinilai tidak mampu menampung debit air yang berlebih. Rumah-rumah tipe subsidi di Arthera Hill 2, dengan luas bangunan 34 m² dan lahan 60 m², seharga Rp 185 juta per unit, kini harus direhabilitasi akibat bencana alam yang diperparah oleh tindakan pencurian.

Kejadian ini menyoroti pentingnya manajemen bencana yang lebih baik, baik dari sisi infrastruktur maupun pengamanan pascabencana. Perlu ada solusi jangka panjang untuk mencegah banjir susulan dan upaya pencegahan pencurian pascabencana agar warga tidak mengalami kerugian ganda.