Rupiah Tetap di Atas Rp 16.000, Dipengaruhi Sentimen Global dan Antisipasi Pemotongan Suku Bunga AS
Rupiah Masih Bertahan di Atas Rp 16.000: Analisis Dampak Sentimen Global dan Kebijakan Moneter AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diperkirakan akan tetap berada di kisaran Rp 16.300 hingga Rp 16.400 per USD dalam waktu dekat. Hal ini, menurut Andry Asmoro, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama sentimen global yang masih bergejolak dan antisipasi terhadap kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed).
Asmoro menjelaskan bahwa fluktuasi arus modal asing, yang dipengaruhi oleh dinamika perekonomian global, menjadi salah satu penentu utama pergerakan nilai tukar rupiah. Kebijakan ekonomi pemerintahan Presiden AS Donald Trump di masa lalu telah memicu kekhawatiran resesi di berbagai sektor, sehingga mempengaruhi aliran investasi global. Kondisi ini, menurut Asmoro, secara tidak langsung turut memberikan tekanan terhadap rupiah.
Lebih lanjut, Asmoro memaparkan bahwa ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga acuan (rate cut) oleh The Fed turut mempengaruhi pergerakan rupiah. Pasar saat ini memperkirakan The Fed akan melakukan tiga kali pemotongan suku bunga. Langkah ini, di satu sisi, berpotensi melemahkan dolar AS, namun di sisi lain, dapat menarik investor asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, yang menawarkan suku bunga yang relatif lebih tinggi.
"Meskipun dampaknya terhadap investasi di sektor ekuitas (saham) masih belum terlihat signifikan, kami memperkirakan akan terjadi peningkatan aliran modal asing ke pasar obligasi (surat utang) Indonesia," ujar Asmoro.
Data Bloomberg menunjukkan penguatan rupiah pada Kamis, 13 Maret 2025, di pasar spot, menutup perdagangan pada level Rp 16.428 per USD, atau menguat 0,15 persen (24 poin) dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.452. Kurs tengah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada hari yang sama juga menunjukkan penguatan, tercatat di level Rp 16.428 per USD, naik dibandingkan level Rp 16.453 pada Selasa, 12 Maret 2025. Namun, Asmoro menekankan bahwa pergerakan ini bersifat sementara dan pergerakan nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh faktor eksternal dan antisipasi terhadap kebijakan moneter The Fed.
Secara keseluruhan, pergerakan nilai tukar rupiah ke depan masih akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk dinamika ekonomi global, kebijakan moneter AS, dan sentimen pasar. Oleh karena itu, perlu kewaspadaan dan analisis yang komprehensif untuk memprediksi pergerakan nilai tukar rupiah dalam jangka panjang.
Berikut poin-poin penting yang perlu diperhatikan: * Antisipasi pemotongan suku bunga acuan oleh The Fed. * Potensi masuknya modal asing ke pasar obligasi Indonesia. * Fluktuasi arus modal asing sebagai faktor utama penggerak nilai tukar rupiah. * Sentimen global yang masih bergejolak. * Penguatan rupiah di pasar spot dan Jisdor pada 13 Maret 2025.