Kontras Mencolok: Dari Masjidil Haram Sepi di 2020 ke Rekor Jemaah di 2025
Kontras Mencolok: Dari Masjidil Haram Sepi di 2020 ke Rekor Jemaah di 2025
Lima tahun telah berlalu sejak Maret 2020, ketika pandemi COVID-19 memaksa penutupan Masjidil Haram. Potret Masjidil Haram yang biasanya dipadati jutaan jemaah untuk melaksanakan ibadah umrah dan haji, kala itu hanya menyisakan kesunyian. Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan area tawaf yang lengang, sebuah pemandangan yang sangat kontras dengan keramaian yang biasa terjadi. Penutupan ini merupakan keputusan Pemerintah Arab Saudi untuk mencegah penyebaran virus yang kala itu tengah mewabah secara global. Langkah ini diambil sebagai bentuk dukungan terhadap upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan komunitas internasional dalam mengendalikan pandemi COVID-19.
Langkah-langkah yang diambil Arab Saudi pada saat itu cukup signifikan. Tidak hanya menutup sementara umrah bagi warga negara dan penduduk di Kerajaan, tetapi juga menangguhkan visa turis dari negara-negara yang dianggap berisiko tinggi penyebaran virus. Kartu identitas nasional bagi warga Saudi dan negara-negara Teluk (GCC) juga ditangguhkan sementara. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengendalikan penyebaran virus dan melindungi keselamatan jemaah. Ibadah haji pada tahun 2020 pun dibatasi jumlahnya hanya sampai 1.000 jemaah, jauh berbeda dengan angka normal yang mencapai lebih dari 2 juta jemaah di tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, Indonesia, sebagai salah satu negara dengan jumlah jemaah haji terbesar, terpaksa membatalkan pemberangkatan jemaahnya karena berbagai kendala, termasuk penutupan portal e-Hajj yang menghambat proses administrasi dan pembayaran.
Situasi ini berbanding terbalik dengan kondisi Masjidil Haram pada Maret 2025. Dilansir dari Gulf News, Presidensi Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi mengumumkan rekor jumlah jemaah yang mencapai 500.000 orang dalam satu hari pada tanggal 6 Maret 2025. Angka ini menandai kebangkitan kembali aktivitas ibadah di Tanah Suci setelah dua tahun lebih dilanda pandemi. Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya Arab Saudi dalam meningkatkan efisiensi operasional dan pengelolaan arus jemaah. Penerapan sistem pemantauan mutakhir, termasuk sensor di pintu masuk Masjidil Haram, memungkinkan otoritas untuk memantau dan mengelola pergerakan jemaah secara real-time. Kemajuan teknologi ini memainkan peran penting dalam memastikan kelancaran ibadah dan kenyamanan jemaah.
Perbedaan yang sangat signifikan antara situasi di Maret 2020 dan Maret 2025 menunjukkan betapa dahsyatnya dampak pandemi COVID-19 terhadap kehidupan, termasuk aktivitas ibadah di Tanah Suci. Namun, pemulihan yang cepat dan pengelolaan jemaah yang efektif menunjukkan kemampuan Arab Saudi untuk mengatasi tantangan dan memastikan kelancaran ibadah di masa mendatang. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya kesiapsiagaan dan adaptasi dalam menghadapi pandemi global dan bagaimana teknologi dapat berperan penting dalam pengelolaan kerumunan besar.
Catatan: Data-data yang digunakan bersumber dari Inside the Haramain, SPA, GASTAT, Kementerian Agama RI, detikcom, Gulf News, dan BBC.