Tegaskan Reunifikasi Damai, China Ancam Tindakan Tegas terhadap Upaya Merdeka Taiwan

Tegaskan Reunifikasi Damai, China Ancam Tindakan Tegas terhadap Upaya Merdeka Taiwan

Beijing kembali menegaskan komitmennya terhadap reunifikasi damai dengan Taiwan, namun secara tegas memperingatkan akan mengambil langkah-langkah tegas jika integritas teritorialnya terancam. Pernyataan ini disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers Senin (10/03/2025). Ning menekankan kesiapan China untuk mengerahkan segala upaya demi penyatuan kembali yang damai, seraya menambahkan bahwa Beijing tidak akan mentolerir upaya-upaya yang dianggap mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayahnya.

"Kami siap mengerahkan upaya maksimal untuk mencapai reunifikasi damai dengan ketulusan sepenuhnya," kata Mao Ning. Namun, ia melanjutkan dengan peringatan keras, "Pada saat yang sama, China akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial, serta dengan tegas menentang kemerdekaan Taiwan dan campur tangan eksternal." Pernyataan ini menggarisbawahi posisi tegas China yang menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya, meskipun Taiwan memiliki pemerintahan sendiri yang demokratis. Pemerintah Taiwan secara konsisten menolak klaim kedaulatan Beijing, menekankan bahwa hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka.

Ketegangan antara China dan Taiwan meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dipicu oleh peningkatan aktivitas militer China di sekitar pulau tersebut. Latihan-latihan militer skala besar yang dilakukan Beijing telah menimbulkan kekhawatiran internasional atas potensi penggunaan kekuatan untuk memaksakan reunifikasi. Pernyataan terbaru Kementerian Luar Negeri China ini selaras dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Wang Yi pekan lalu, yang menegaskan bahwa Taiwan tidak akan pernah menjadi negara merdeka dan dukungan terhadap kemerdekaan Taiwan merupakan campur tangan dalam urusan dalam negeri China.

Peringatan Keras untuk Amerika Serikat

Amerika Serikat (AS), sebagai pemasok utama senjata bagi Taiwan, menjadi fokus perhatian dalam pernyataan tersebut. Meskipun AS tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan dan tidak terikat perjanjian pertahanan formal seperti yang dimiliki dengan Jepang dan Korea Selatan, dukungan militer AS terhadap Taiwan menjadi titik sensitif bagi China. Mao Ning secara eksplisit mendesak AS untuk menghentikan penjualan senjata ke Taiwan dan mengakhiri semua bentuk kontak militer dengan pulau tersebut.

"Isu Taiwan merupakan kepentingan paling mendasar bagi China dan menjadi garis merah pertama yang tak dapat dilanggar dalam hubungan China-AS," tegas Mao Ning. Pernyataan ini menekankan betapa krusialnya isu Taiwan bagi China, dan bagaimana keterlibatan AS dalam mendukung pertahanan Taiwan dianggap sebagai ancaman langsung terhadap kepentingan nasional China.

Implikasi Geopolitik

Sikap tegas China terhadap Taiwan dan peran AS dalam dinamika ini diprediksi akan terus membentuk lanskap geopolitik Asia-Pasifik. Meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan berpotensi memicu konsekuensi regional dan global yang signifikan. Penting bagi semua pihak untuk mengedepankan diplomasi dan komunikasi terbuka untuk meredakan ketegangan dan menghindari eskalasi konflik. Pernyataan-pernyataan keras dari kedua belah pihak menuntut kewaspadaan dan upaya diplomatik yang intensif untuk mencegah terjadinya konflik bersenjata. Tantangannya terletak pada bagaimana mengelola perbedaan kepentingan dan memastikan stabilitas di kawasan yang rawan konflik ini. Upaya diplomasi yang komprehensif dan dialog yang berkelanjutan menjadi kunci dalam mengelola ketegangan yang semakin meningkat di Selat Taiwan.