Rabies di Sikka: 148 Kasus Gigitan Anjing, Anak-Anak Jadi Korban Terbanyak
Rabies di Sikka: 148 Kasus Gigitan Anjing, Anak-Anak Jadi Korban Terbanyak
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah menghadapi peningkatan kasus gigitan anjing yang mengkhawatirkan. Data yang dirilis Dinas Pertanian Kabupaten Sikka mencatat sebanyak 148 warga menjadi korban gigitan anjing sepanjang tahun 2025. Angka ini menjadi perhatian serius mengingat sebagian besar korban adalah anak-anak, khususnya mereka yang berusia 5 hingga 9 tahun, dengan jumlah mencapai 37 kasus. Kondisi ini menunjukan urgensi penanganan rabies di daerah tersebut.
Distribusi korban gigitan anjing berdasarkan kelompok usia menunjukkan pola yang perlu dikaji lebih lanjut. Rinciannya sebagai berikut:
- Di bawah 5 tahun: 31 orang
- 5-9 tahun: 37 orang
- 10-14 tahun: 28 orang
- 15-19 tahun: 12 orang
- 20-45 tahun: 23 orang
- 46-64 tahun: 10 orang
- Lebih dari 64 tahun: 3 orang
Kepala Dinas Pertanian Sikka, Yohanes Emil Satriawan, mengungkapkan bahwa kasus gigitan anjing tersebar di beberapa wilayah, meliputi puskesmas Lekebai, Nita, Beru, Bola, Watubaing, dan Palue. Hasil pemeriksaan terhadap 10 sampel otak anjing menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan: enam sampel dinyatakan positif rabies. Temuan ini semakin mempertegas ancaman serius yang dihadapi masyarakat Sikka.
Sebagai respons terhadap situasi darurat ini, Dinas Pertanian telah mengerahkan petugas lapangan untuk melakukan sosialisasi pencegahan rabies dan vaksinasi hewan penular rabies (HPR). Saat ini, stok vaksin yang tersedia mencapai lebih dari 3.000 dosis. Upaya vaksinasi ini menjadi langkah krusial untuk memutus rantai penyebaran virus rabies. Namun, keberhasilan program vaksinasi sangat bergantung pada kerjasama aktif dari masyarakat, khususnya para pemilik anjing.
Emil Satriawan menekankan pentingnya kooperasi masyarakat dalam program vaksinasi. Pengalaman sebelumnya menunjukkan adanya kendala berupa pemilik anjing yang menyembunyikan hewan peliharaan mereka saat petugas melakukan vaksinasi. Perilaku tersebut dinilai menghambat upaya pencegahan dan pengendalian rabies. Oleh karena itu, partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk melindungi diri sendiri dan lingkungan dari ancaman rabies.
Semua korban gigitan anjing telah mendapatkan penanganan medis di puskesmas terdekat. Namun, peningkatan kasus gigitan anjing dan konfirmasi adanya virus rabies menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit zoonosis ini. Langkah-langkah pencegahan yang komprehensif, termasuk edukasi publik yang intensif, perlu dilakukan untuk mencegah peningkatan kasus gigitan anjing dan penyebaran rabies di masa mendatang. Pemerintah daerah dan instansi terkait perlu bekerja sama secara sinergis untuk memastikan keberhasilan program pencegahan dan penanggulangan rabies di Kabupaten Sikka.