Penangkapan Rodrigo Duterte: Akhir dari Impunitas atau Awal Perjuangan Hukum yang Panjang?
Penangkapan Rodrigo Duterte: Akhir dari Impunitas atau Awal Perjuangan Hukum yang Panjang?
Pada usia 78 tahun, mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang pernah dikenal dengan julukan "Trump dari Asia", mengalami babak baru dalam hidupnya yang penuh kontroversi. Duterte ditangkap di Manila seusai tiba dari Hong Kong, menandai eksekusi surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Penangkapan ini merupakan klimaks dari bertahun-tahun penyelidikan atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi selama masa pemerintahannya, khususnya terkait perang anti-narkoba yang kontroversial.
Pemerintahan Duterte, yang dimulai pada tahun 2016, ditandai oleh pendekatan keras terhadap permasalahan narkoba. Meskipun data resmi mencatat sekitar 6.200 kematian dalam operasi anti-narkoba, kelompok hak asasi manusia memperkirakan angka tersebut jauh lebih tinggi, mencapai 30.000, termasuk banyak warga sipil. Selain itu, Duterte juga dikenal karena retorika kerasnya dan ancaman terhadap lawan politik. Langkahnya menarik Filipina dari yurisdiksi ICC pada tahun 2019 tidak menghentikan ICC untuk melanjutkan penyelidikan, karena kejahatan yang diselidiki terjadi sebelum penarikan tersebut.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penangkapan:
- Keruntuhan Aliansi Politik: Aliansi politik antara keluarga Duterte dan keluarga Marcos yang terbentuk menjelang pemilihan presiden 2022, akhirnya retak. Perbedaan pendekatan politik, khususnya terkait hubungan dengan Amerika Serikat dan Tiongkok, serta tuduhan keterlibatan putri Duterte, Sara Duterte, dalam upaya pembunuhan, memperburuk hubungan kedua keluarga. Ketegangan ini memicu upaya pemakzulan terhadap Sara Duterte di Kongres, yang berpotensi mengancam ambisinya untuk menjadi presiden pada 2028.
- Tekanan Internasional: Penangkapan Duterte disambut baik oleh berbagai organisasi HAM internasional. Human Rights Watch menyebutnya sebagai "kejutan menyenangkan", sementara jurnalis peraih Nobel, Maria Ressa, menyebutnya sebagai momen bersejarah yang menandai akhir dari impunitas di Filipina. Namun, proses hukum di ICC diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun, dan akan diwarnai dengan dinamika politik dalam negeri Filipina, terlebih menjelang pemilihan paruh waktu Mei mendatang.
- Kondisi Kesehatan: Kondisi kesehatan Duterte yang tampak menurun juga mungkin menjadi faktor yang mempermudah proses penangkapan dan ekstradisi. Meskipun belum ada rincian resmi terkait kondisi kesehatannya, hal ini menjadi pertimbangan penting dalam proses hukum yang akan dihadapi.
Dampak dan Prospek ke Depan:
Penangkapan Duterte membawa konsekuensi yang luas. Selain dampak hukum bagi Duterte sendiri, penangkapan ini juga berpotensi memicu pergeseran politik di Filipina. Proses hukum yang panjang di ICC akan terus diwarnai oleh dinamika politik dalam negeri, dan potensi eskalasi konflik antara berbagai kelompok politik. Reaksi internasional terhadap kasus ini pun akan terus menjadi sorotan. Apakah penangkapan ini benar-benar menandai akhir dari impunitas di Filipina, atau justru menjadi awal dari perjuangan hukum yang panjang dan penuh tantangan, hanya waktu yang akan menjawabnya.
Kesimpulannya, penangkapan Rodrigo Duterte merupakan peristiwa bersejarah bagi Filipina dan dunia internasional. Peristiwa ini menandai titik kulminasi dari karier politik kontroversialnya, namun juga membuka babak baru dalam perjuangan hukum dan pertarungan politik yang akan berdampak besar bagi masa depan negara tersebut.