SKK Migas Bidik Produksi Migas Nasional Lewat Reaktivasi 4.500 Sumur Tua dan Pemanfaatan Teknologi
SKK Migas Berencana Reaktivasi 4.500 Sumur Migas Tua untuk Tingkatkan Produksi Nasional
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah merancang strategi untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi nasional. Salah satu upaya strategis yang akan dijalankan adalah reaktivasi sekitar 4.500 sumur migas yang saat ini tidak aktif atau dikenal sebagai sumur idle. Langkah ini diyakini mampu memberikan kontribusi signifikan dalam menjaga stabilitas dan meningkatkan produksi nasional yang saat ini menunjukkan tren penurunan. Inisiatif ini diungkapkan oleh Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro, dalam Media Gathering di Jakarta Selatan, Rabu (12/3/2025).
Hudi menjelaskan bahwa rencana reaktivasi sumur idle merupakan bagian dari strategi optimalisasi aset yang sudah ada. Selain itu, SKK Migas juga akan fokus pada penerapan teknologi dan teknik produksi terkini. Beberapa teknologi yang akan dimaksimalkan antara lain multi-stage factory—seperti yang telah diterapkan di lapangan Rokan—Enhanced Oil Recovery (EOR), dan teknologi-teknologi canggih lainnya. Penerapan teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumur-sumur yang direaktivasi.
Namun, upaya peningkatan produksi migas tidak hanya bergantung pada optimalisasi sumur-sumur idle. SKK Migas juga menyadari pentingnya eksplorasi baru, terutama di wilayah Indonesia Timur yang memiliki potensi cadangan migas yang besar. Kementerian ESDM juga mendukung program eksplorasi ini dengan menawarkan skema kerjasama dan insentif yang lebih menarik bagi investor. Upaya ini bertujuan untuk menemukan sumber-sumber migas baru guna memperkuat ketahanan energi nasional jangka panjang.
Proses reaktivasi sumur idle akan dilakukan dengan beberapa pendekatan. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan diberikan tanggung jawab utama dalam pengelolaan dan reaktivasi. Namun, bagi sumur yang memiliki nilai ekonomi rendah, SKK Migas akan menawarkan berbagai opsi kerjasama, termasuk kemitraan dengan pihak ketiga untuk memaksimalkan potensi ekonomis sumur tersebut. Meskipun jumlah sumur idle yang signifikan, Hudi menekankan bahwa kontribusi peningkatan produksi dari sumur-sumur tersebut tidak akan setara dengan penemuan sumur baru. Namun, langkah ini sangat krusial untuk mencegah penurunan produksi yang lebih drastis dan sebagai langkah awal untuk meningkatkan produksi migas nasional.
Lebih lanjut, Hudi memaparkan bahwa saat ini produksi gas Indonesia bersumber dari 20 cekungan dari total 128 cekungan yang ada di Indonesia. Potensi besar masih terbuka lebar, ditunjukkan dengan adanya sekitar 60 cekungan yang belum dieksplorasi secara maksimal dan diperkirakan memiliki potensi cadangan migas yang cukup signifikan.
Secara keseluruhan, strategi SKK Migas ini merupakan pendekatan terintegrasi yang menggabungkan optimalisasi aset yang ada dengan eksplorasi sumber daya baru. Kombinasi ini diharapkan mampu memberikan hasil yang optimal dalam meningkatkan produksi migas nasional dan menjaga ketahanan energi Indonesia di masa mendatang.