Kemenkes Intensifkan Pencegahan DBD Pasca Banjir: Strategi Komprehensif dari Pencegahan hingga Teknologi Mutakhir

Kemenkes Intensifkan Pencegahan DBD Pasca Banjir: Strategi Komprehensif dari Pencegahan hingga Teknologi Mutakhir

Banjir yang baru-baru ini melanda sejumlah wilayah di Indonesia meningkatkan risiko penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Menyikapi hal ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melancarkan upaya pencegahan secara intensif dan menyeluruh, meliputi strategi pemberdayaan masyarakat, intervensi pemerintah, hingga pemanfaatan teknologi terkini. Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, menekankan pentingnya upaya proaktif untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyakit DBD.

Salah satu fokus utama Kemenkes adalah edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Ibu Isturini mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, khususnya pasca-banjir. Hal ini meliputi:

  • Sanitasi Lingkungan: Menghindari genangan air di sekitar rumah, baik di wadah terbuka maupun di permukaan tanah. Genangan air harus segera diatasi dengan cara menguras, menutup, dan mendaur ulang wadah penampung air. Pembersihan secara menyeluruh sangat penting untuk mencegah berkembang biaknya jentik nyamuk.
  • Perilaku Higienis: Mencuci tangan dan kaki dengan sabun dan air bersih setelah terpapar air banjir. Hal ini penting untuk mencegah penularan penyakit lainnya selain DBD.
  • Pengendalian Vektor Alami: Memanfaatkan tanaman pengusir nyamuk seperti lavender, dan hewan seperti ikan cupang yang memangsa jentik nyamuk. Metode alami ini ramah lingkungan dan dapat diterapkan di rumah tangga.
  • Perbaikan Saluran Air: Memastikan saluran air dan talang rumah dalam kondisi baik dan berfungsi optimal untuk mencegah genangan air. Gotong royong rutin bersama warga sekitar sangat dianjurkan.
  • Perlindungan Diri: Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah. Menggunakan pakaian lengan panjang dan kaos kaki saat beraktivitas di luar rumah. Penggunaan obat nyamuk yang terdaftar di BPOM juga disarankan.
  • Peningkatan Imunitas: Mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Selain langkah-langkah pencegahan di tingkat rumah tangga, Kemenkes juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/261/2025 tentang Kewaspadaan Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue dan Cikungunya Tahun 2025. SE ini mendorong Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian nyamuk di tingkat masyarakat. Sosialisasi dan promosi kesehatan secara masif juga dilakukan untuk memastikan masyarakat memahami pentingnya pencegahan DBD.

Di tingkat pemerintah, Kemenkes telah mempersiapkan langkah-langkah respon cepat, termasuk penyediaan buffer logistik seperti rapid diagnostic test, larvasida, dan insektisida untuk didistribusikan ke daerah yang membutuhkan. Dinas Kesehatan dan lintas program terkait disiagakan untuk merespon laporan kasus DBD dengan cepat dan efektif.

Kemenkes juga memanfaatkan teknologi inovatif untuk menekan angka DBD. Penerapan teknologi nyamuk Aedes aegypti Wolbachia, yang telah diuji coba di Yogyakarta dan beberapa negara lain (Brasil, Australia, dan Vietnam) menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan. Pilot project di Yogyakarta menunjukan penurunan kejadian DBD sebesar 77 persen dan pengurangan lama rawat inap sebesar 86 persen. Saat ini, implementasi teknologi Wolbachia sedang dilakukan di lima kota, yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang. Teknologi ini diharapkan menjadi solusi tambahan untuk program pengendalian DBD yang sudah ada.

Upaya komprehensif yang dilakukan Kemenkes ini merupakan langkah penting dalam mengatasi ancaman DBD, khususnya pasca banjir. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat krusial untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan terbebas dari penyakit menular.