Di Balik Kemeriahan Songkran: Pandangan Kontras Wisatawan Terhadap Festival Air Thailand

Di Balik Kemeriahan Songkran: Pandangan Kontras Wisatawan Terhadap Festival Air Thailand

Festival Songkran, perayaan Tahun Baru Thailand yang identik dengan pesta air meriah, menarik jutaan wisatawan domestik dan internasional setiap tahunnya. Namun, di balik euforia perang air dan kemeriahan pesta jalanan, tersimpan pula sisi lain yang kurang terekspos: ketidaknyamanan dan bahkan keresahan yang dialami sejumlah wisatawan, khususnya mereka yang memilih Pattaya sebagai destinasi perayaan.

Pattaya, dikenal sebagai kota wisata yang semarak, mengalami peningkatan signifikan jumlah pengunjung selama Songkran. Akan tetapi, skala perayaan yang jauh melampaui tanggal resmi 13-15 April, seringkali berlangsung hingga seminggu penuh, menciptakan situasi yang menantang bagi banyak orang. Laporan dari Pattaya Mail pada 12 Maret 2025 mengungkap keluhan wisatawan yang merasa kewalahan dengan kepadatan massa, jalanan yang tergenang air, dan kesulitan mobilitas. Bagi mereka yang mendambakan liburan tenang, risiko basah kuyup sepanjang waktu dan kesulitan beraktivitas merupakan kendala utama. Bahkan bagi ekspatriat yang berdomisili di Pattaya, kekacauan dan keramaian selama Songkran dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan ketidaknyamanan.

Lebih jauh lagi, masalah keselamatan menjadi perhatian serius. Konsumsi alkohol yang berlebihan dan perilaku ceroboh selama perayaan seringkali memicu peningkatan angka kecelakaan lalu lintas. Data menunjukkan lonjakan kasus kecelakaan antara 11 hingga 17 April, menjadikan Songkran periode paling berbahaya untuk berkendara di Thailand. Kondisi ini mendorong banyak ekspatriat dan turis jangka panjang untuk memilih menghabiskan waktu di rumah atau meninggalkan Pattaya sementara hingga perayaan berakhir. Mereka memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan di atas partisipasi langsung dalam pesta air yang ikonik tersebut.

Selain masalah keselamatan dan mobilitas, permasalahan akomodasi juga menjadi tantangan besar. Tingginya permintaan penginapan dari wisatawan domestik dan internasional menyebabkan lonjakan harga kamar hotel, resor, dan wisma tamu di area populer seperti Beach Road, Walking Street, dan Central Pattaya. Ketersediaan kamar pun sangat terbatas, bahkan pemesanan jauh-jauh hari pun sulit dijamin. Kondisi ini semakin memperburuk pengalaman wisatawan yang kurang menikmati suasana ramai dan padat.

"Tidak banyak yang perlu dipertimbangkan, saya tidak akan pergi ke mana pun di dalam kota, lebih baik tetap di rumah dan menjauh dari kegilaan ini," ungkap seorang wisatawan, mencerminkan sentimen banyak orang yang lebih memilih ketenangan daripada ikut berpartisipasi dalam keramaian Songkran. Pernyataan tersebut menyoroti pentingnya memperhatikan berbagai perspektif terhadap sebuah festival yang secara luas dianggap sebagai perayaan budaya yang meriah. Terlepas dari citra positifnya, Songkran juga menghadirkan tantangan signifikan bagi sebagian wisatawan.

Kesimpulannya, walaupun Songkran merupakan festival yang kaya budaya dan menarik bagi banyak orang, perlu dipertimbangkan pula pengalaman negatif yang dialami sejumlah wisatawan. Penting bagi pihak berwenang dan penyelenggara untuk mempertimbangkan aspek manajemen keramaian, keselamatan, dan aksesibilitas guna memastikan kenyamanan dan keselamatan seluruh pengunjung, sehingga semua orang dapat menikmati perayaan tanpa harus mengorbankan kenyamanan dan keselamatan pribadi.