Desainer Hengki Kawilarang Berpulang: Waspada Kadar Kreatinin Tinggi, Indikator Masalah Ginjal
Kabar duka menyelimuti dunia mode Indonesia. Desainer ternama, Hengki Kawilarang, telah berpulang di usia 47 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan para pecinta karyanya. Sebelum meninggal dunia, Hengki diketahui memiliki riwayat penyakit diabetes dan kadar kreatinin yang tinggi, yang menjadi indikasi adanya gangguan pada fungsi ginjal.
Kadar kreatinin yang tinggi menjadi perhatian karena erat kaitannya dengan kesehatan ginjal. Kreatinin sendiri merupakan produk limbah yang dihasilkan dari metabolisme protein dan pemecahan jaringan otot. Normalnya, zat ini disaring oleh ginjal dan dikeluarkan melalui urine. Namun, ketika ginjal tidak berfungsi dengan baik, kreatinin akan menumpuk dalam darah, menyebabkan peningkatan kadar kreatinin.
Apa itu Kreatinin dan Mengapa Penting untuk Ginjal?
Kreatinin adalah produk sampingan alami dari metabolisme otot yang biasanya disaring dari darah oleh ginjal dan dikeluarkan melalui urine. Tingkat kreatinin dalam darah dapat menjadi indikator penting dari seberapa baik ginjal berfungsi. Ketika ginjal tidak berfungsi dengan efisien, kreatinin dapat menumpuk dalam darah.
Penyebab Kadar Kreatinin Tinggi
Beberapa faktor dapat menyebabkan peningkatan kadar kreatinin, termasuk:
- Penyakit ginjal kronis atau akut
- Dehidrasi
- Konsumsi protein berlebihan
- Penggunaan obat-obatan tertentu
- Kondisi medis lain seperti diabetes dan hipertensi
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Kadar kreatinin tinggi seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Namun, jika kondisi ini disebabkan oleh penyakit ginjal kronis, beberapa gejala yang mungkin muncul antara lain:
- Kelelahan
- Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
- Perubahan frekuensi buang air kecil
- Mual dan muntah
- Kehilangan nafsu makan
- Gatal-gatal
Dalam kasus yang lebih parah, gagal ginjal dapat menyebabkan gejala seperti:
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Kebingungan
- Kejang
Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Kisah Hengki Kawilarang menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal. Pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk pemeriksaan kadar kreatinin, dapat membantu mendeteksi masalah ginjal sejak dini. Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat mencegah komplikasi serius dan meningkatkan kualitas hidup.
Aisyahrani, adik dari penyanyi Syahrini, mengungkapkan bahwa Hengki sempat menjalani cuci darah sebelum meninggal. Keponakan Hengki, Audrey Fitria Devani, juga menyebutkan bahwa kadar kreatinin pamannya sangat tinggi sebelum kepergiannya. Riwayat kesehatan Hengki ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan ginjal dan mewaspadai kadar kreatinin yang tinggi.
Kadar kreatinin normal dalam darah umumnya berkisar antara 0,6 hingga 1,2 mg/dL untuk pria dewasa, dan 0,5 hingga 1,1 mg/dL untuk wanita dewasa. Kadar di atas rentang tersebut dapat mengindikasikan adanya masalah pada fungsi ginjal. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kadar kreatinin meliputi tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes tipe 2, lupus, penyakit prostat, dan penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) secara berlebihan.
Gejala kadar kreatinin tinggi dapat bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Beberapa gejala yang mungkin muncul antara lain kehilangan selera makan, kelelahan, sakit kepala, kulit kering dan gatal, mual, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Pada kasus gagal ginjal, gejala dapat berupa buang air besar berdarah, bau mulut atau rasa logam di mulut, mudah memar, perubahan status mental atau suasana hati, mati rasa, tremor, murmur jantung, cegukan terus-menerus, pendarahan berkepanjangan, tekanan darah tinggi, kejang, sesak napas, nyeri di antara tulang rusuk dan pinggul, pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan telapak kaki, serta perubahan frekuensi buang air kecil.
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Perlu diingat bahwa gejala tersebut juga dapat disebabkan oleh kondisi medis lain, sehingga penting untuk mendapatkan evaluasi medis yang komprehensif.