Ketegangan Memanas di PBB: Israel Bersumpah Terus Gempur Iran, Teheran Siaga Penuh
Eskalasi Konflik Israel-Iran Dominasi Sidang DK PBB
Konflik antara Israel dan Iran kembali menjadi sorotan utama dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Duta Besar Israel, Danny Danon, dengan tegas menyatakan bahwa negaranya tidak akan menghentikan operasi militer terhadap Iran hingga ancaman nuklir yang diduga berasal dari Teheran sepenuhnya dihilangkan. Pernyataan keras ini disambut dengan respons serupa dari Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeeid Iravani, yang menegaskan hak negaranya untuk membela diri dari agresi Tel Aviv.
Saling Tuding di Forum Internasional
Danon, dalam pidatonya di hadapan anggota DK PBB, menyampaikan ultimatum bahwa Israel akan terus menyerang hingga program nuklir Iran dilucuti dan keamanan kawasan terjamin. Ia menyebut program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial bagi Israel dan dunia. Di sisi lain, Iravani mengecam agresi Israel dan mendesak DK PBB untuk mengambil tindakan tegas terhadap Tel Aviv. Ia juga menyampaikan kekhawatiran atas potensi keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik ini, menyusul pernyataan Presiden Donald Trump terkait tenggat waktu bagi Iran untuk menghindari serangan udara AS.
Potensi Perluasan Konflik dan Dampak Diplomatik
Ketegangan ini semakin diperburuk dengan pernyataan Kepala Staf Umum Militer Israel, Eyal Zamir, yang menyatakan bahwa militer Israel telah mempersiapkan diri selama bertahun-tahun untuk menghadapi kemungkinan operasi militer yang berkepanjangan melawan Iran. Zamir menekankan bahwa operasi ini adalah yang paling rumit dalam sejarah Israel, mengingat skala ancaman dan musuh yang dihadapi. Konflik terbuka antara Israel dan Iran sendiri dimulai pada 13 Juni lalu, ketika Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran, dengan dalih mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.
Iran merespons serangan tersebut dengan meluncurkan serangkaian serangan rudal dan drone ke wilayah Israel. Teheran bersikeras bahwa program nuklirnya ditujukan untuk tujuan damai dan membantah tuduhan pengembangan senjata nuklir.
Iran Kecam 'Pengkhianatan' Israel Terhadap Upaya Diplomatik
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam keras serangan Israel, menyebutnya sebagai "pengkhianatan" terhadap upaya diplomatik yang sedang berlangsung antara Teheran dan Amerika Serikat. Araghchi mengungkapkan bahwa Iran dan AS sebenarnya sedang dalam proses menyusun "perjanjian yang menjanjikan" mengenai program nuklir Iran. Ia menambahkan bahwa pertemuan antara dirinya dan Utusan Khusus AS, Steve Witkoff, yang dijadwalkan pada 15 Juni, dibatalkan akibat serangan Israel beberapa hari sebelumnya. Araghchi menilai tindakan Israel sebagai pukulan telak bagi diplomasi dan fondasi hukum internasional.
Berikut poin-poin penting yang menggarisbawahi situasi genting ini:
- Ancaman Berkelanjutan: Israel bersumpah untuk melanjutkan serangan terhadap Iran sampai ancaman nuklir yang dirasakan dihilangkan.
- Respons Iran: Iran menegaskan haknya untuk membela diri dan menuntut tindakan dari Dewan Keamanan PBB.
- Keterlibatan AS yang Mungkin: Kekhawatiran meningkat tentang potensi keterlibatan AS dalam konflik tersebut.
- Operasi Militer yang Disiapkan: Israel dilaporkan telah mempersiapkan operasi yang berkepanjangan terhadap Iran.
- Kegagalan Diplomatik: Serangan Israel telah menggagalkan upaya diplomatik antara Iran dan AS, yang mengarah pada kecaman terhadap 'pengkhianatan'.
- Eskalasi Regional: Konflik tersebut mengancam akan memperburuk ketidakstabilan regional dan meningkatkan risiko konfrontasi yang lebih luas.
Konflik ini tidak hanya berdampak pada kedua negara yang terlibat, tetapi juga berpotensi menggoyahkan stabilitas kawasan dan memicu eskalasi konflik yang lebih luas. Masyarakat internasional kini menanti langkah selanjutnya dari DK PBB dan upaya-upaya diplomatik yang mungkin dilakukan untuk meredakan ketegangan antara Israel dan Iran.