Keanekaragaman Hayati Papua Barat: UGM dan Peneliti Jerman Identifikasi Tujuh Spesies Lobster Air Tawar Baru
Penemuan Spesies Lobster Baru di Papua Barat Ungkap Potensi Keanekaragaman Hayati yang Luar Biasa
Sebuah tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), berkolaborasi dengan seorang peneliti independen asal Jerman, dan Museum für Naturkunde, Berlin, Jerman, telah berhasil mengidentifikasi tujuh spesies lobster air tawar baru di Papua Barat. Penemuan ini menyoroti kekayaan keanekaragaman hayati wilayah tersebut, khususnya di area-area terpencil seperti Misool, Kaimana, Fakfak, dan Teluk Bintuni.
Lokasi penemuan yang berada di wilayah dengan ekosistem air tawar yang masih alami dan minim aktivitas eksploitasi, menjadi rumah bagi spesies-spesies unik ini. Dr. Rury Eprilurahman, dosen Fakultas Biologi UGM yang juga menjadi penulis kedua dalam studi ini, menekankan bahwa Papua merupakan hotspot keanekaragaman hayati yang menyimpan banyak misteri. Penemuan ini, menurutnya, hanyalah sebagian kecil dari potensi luar biasa yang belum tereksplorasi.
Identifikasi Spesies Baru Berdasarkan Morfologi dan DNA
Ketujuh spesies lobster baru tersebut diberi nama Cherax veritas, Cherax arguni, Cherax kaimana, Cherax nigli, Cherax bomberai, Cherax farhadii, dan Cherax doberai. Proses identifikasi tidak hanya melibatkan pengamatan terhadap bentuk tubuh dan warna, tetapi juga perbandingan DNA antar lobster untuk memastikan bahwa setiap individu benar-benar merupakan spesies yang berbeda.
Setiap spesies baru ini memiliki ciri khas tersendiri, yang tampak pada:
- Bentuk capit (chelae)
- Struktur moncong (rostrum)
- Warna tubuh
Dr. Rury menjelaskan bahwa ciri-ciri morfologis ini membantu membedakan spesies baru dari kerabat dekatnya. Sebagai contoh, Cherax arguni memiliki tubuh didominasi warna biru gelap dengan belang krem, serta capit dengan patch putih transparan yang khas.
Analisis DNA dan morfologi menunjukkan bahwa ketujuh spesies lobster baru ini termasuk dalam kelompok Cherax bagian utara (northern lineage). Sebelumnya, kelompok ini sudah terdiri dari 28 spesies. Klasifikasi ini mengindikasikan bahwa wilayah Papua Barat merupakan pusat evolusi bagi kelompok ini, berbeda dengan spesies yang ditemukan di Australia atau Papua Nugini.
Peran Pasar Akuarium Hias Internasional dan Upaya Pelestarian
Menariknya, sebagian besar spesimen lobster awalnya berasal dari perdagangan akuarium hias internasional. Di pasar, lobster ini dikenal dengan nama Cherax sp. "Red Cheek", Cherax sp. "Amethyst", dan Cherax sp. "Peacock". Beberapa kolektor lokal juga terlibat dalam pencarian spesimen penelitian di lapangan.
Dr. Rury mengungkapkan bahwa komunitas pecinta lobster hias seringkali menjadi sumber awal informasi, yang kemudian ditindaklanjuti dengan riset sistematis. Ia juga menekankan bahwa perdagangan spesies eksotik, jika dikelola secara kolaboratif dan etis, dapat membuka peluang riset keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk bekerja sama dengan kelompok yang memiliki hobi terhadap hewan air dalam mengungkap keanekaragaman spesies.
Temuan spesies lobster baru ini juga menjadi alarm akan pentingnya pelestarian spesies air tawar di Papua, yang rentan terhadap eksploitasi dan perburukan kualitas habitat. Banyak spesies hidup di sungai-sungai kecil dan anak-anak sungai yang belum terpetakan secara ekologis. Beberapa spesies bahkan hanya diketahui dari satu lokasi, sehingga sangat rentan terhadap perubahan lingkungan sekecil apapun.
Untuk menjaga kelestarian populasi alami spesies yang diteliti, tim peneliti tidak mengungkapkan lokasi rinci penemuannya. Riset lanjutan dan pemetaan sebaran spesies ke depannya diperlukan untuk mendukung kebijakan pelestarian berbasis data.
Dr. Rury menekankan perlunya menjaga keseimbangan antara eksplorasi ilmiah dan perlindungan habitat, terutama karena banyak dari spesies ini hidup di wilayah yang mulai terjamah aktivitas manusia. Artikel ilmiah mengenai penemuan ini, berjudul "Seven New Species of Crayfish of the Genus Cherax (Crustacea, Decapoda, Parastacidae) from Western New Guinea, Indonesia" telah dipublikasikan di jurnal internasional Arthropoda pada 6 Juni 2025.