Gaya Hidup 'Manusia Tikus' Merebak di Kalangan Generasi Muda China Akibat Tekanan Kerja

Di tengah persaingan ketat dalam dunia kerja di China, sebuah fenomena unik muncul di kalangan generasi muda. Alih-alih berjuang mencari pekerjaan, banyak dari mereka memilih untuk mengadopsi gaya hidup yang disebut sebagai 'manusia tikus' atau rat people. Istilah ini merujuk pada individu yang menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah, bermalas-malasan, dan minim aktivitas produktif.

Fenomena 'manusia tikus' ini menjadi sorotan setelah viralnya video seorang pengguna Douyin dengan nama akun @jiawensishi. Dalam videonya, ia membagikan rutinitas hariannya yang meliputi bangun siang, bermain ponsel hingga sore, berbaring di kasur sepanjang hari, dan tidur sebelum pukul 8 malam. Video ini mendapatkan ratusan ribu likes dan menarik perhatian banyak anak muda lainnya. Banyak dari mereka yang merasa relate dengan gaya hidup 'manusia tikus' ini, menganggapnya sebagai pelarian dari tekanan pekerjaan dan ekspektasi sosial yang tinggi.

Banyak yang berkomentar bahwa mereka lelah dengan tuntutan gaya hidup serba cepat dan efisien. Mereka mendambakan kebebasan untuk beristirahat kapan pun dan di mana pun mereka inginkan. Gaya hidup ini dianggap sebagai bentuk protes diam-diam terhadap budaya kerja keras (burnout) dan kondisi pasar kerja yang semakin sulit.

Menurut Zhang Yong, seorang pekerja sosial dari Provinsi Hubei, fenomena 'manusia tikus' mencerminkan tren yang lebih luas di mana masyarakat muda China memilih untuk menarik diri dari lingkungan sosial yang penuh tekanan. Dengan menjadi 'manusia tikus', mereka merasa dapat menghindari berbagai tekanan sosial dan emosional yang membebani.

Zhang Yong menilai bahwa fenomena ini tidak selalu negatif. Ia percaya bahwa setiap orang berhak untuk merasa bahagia dan menghilangkan stres dengan caranya masing-masing. Namun, ia juga memperingatkan bahwa gaya hidup 'manusia tikus' tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Tanpa pemasukan dan interaksi sosial yang cukup, individu yang mengadopsi gaya hidup ini akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Ia menekankan pentingnya untuk terhubung kembali dengan minat dan bakat, serta terlibat aktif dalam kehidupan setelah beristirahat sejenak. Hal ini penting agar individu tidak terjebak dalam siklus kemalasan dan isolasi yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.

Gaya hidup 'manusia tikus' ini menjadi refleksi dari kompleksitas tantangan yang dihadapi generasi muda China di era modern. Tekanan ekonomi, ekspektasi sosial, dan persaingan kerja yang ketat mendorong sebagian dari mereka untuk mencari cara alternatif dalam menghadapi kehidupan. Sementara sebagian melihatnya sebagai bentuk perlawanan atau mekanisme coping yang tidak sehat, yang lain menganggapnya sebagai hak individu untuk memilih jalan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai dan preferensi mereka.