Masjid Luar Batang: Saksi Bisu Sejarah Islam di Pesisir Jakarta

Masjid Luar Batang, yang berdiri kokoh di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, bukan sekadar tempat ibadah bagi umat Muslim. Lebih dari itu, masjid ini adalah monumen sejarah yang berusia 286 tahun, menjadi saksi bisu perkembangan Islam di pesisir Jakarta. Didirikan pada tahun 1739, masjid ini menjadi pusat ziarah yang tak pernah sepi dari kunjungan.

Masjid ini didirikan oleh Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus, seorang ulama yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Habib Husein dikenal karena dakwahnya yang damai dan welas asih. Ia juga dikenal karena keilmuannya yang tinggi. Kehadirannya di Batavia (Jakarta pada masa lampau) membawa angin segar bagi penyebaran agama Islam, terutama di kalangan masyarakat Betawi dan sekitarnya.

Jejak Sejarah dan Perubahan Nama

Menurut Sekretaris Masjid Luar Batang, Mansur Amin, yang akrab disapa Daeng Mansur, masjid ini awalnya bernama Masjid An Nur. Bentuknya pun masih sangat sederhana, dibangun dengan material kayu. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan masyarakat, masjid ini mengalami perubahan dan perluasan.

Nama Luar Batang sendiri menyimpan cerita yang menarik. Ada dua versi yang beredar di masyarakat. Versi pertama menceritakan tentang wafatnya Habib Husein. Saat jenazahnya hendak dimakamkan, peti jenazah tersebut tiba-tiba menghilang. Anehnya, peti itu ditemukan kembali di tempat Habib Husein biasa berdakwah, yaitu di Luar Batang. Dari peristiwa itulah, masyarakat kemudian menyebut masjid ini dengan nama Masjid Luar Batang.

Versi kedua mengaitkan nama Luar Batang dengan aktivitas pelabuhan pada masa lampau. Kapal-kapal asing yang tidak membayar pajak dilarang masuk ke area pelabuhan atau "dalam batang". Mereka harus menunggu di luar batang pohon penanda pelabuhan. Dari situlah, kawasan ini kemudian dikenal dengan nama Luar Batang, dan nama itu pula yang kemudian melekat pada masjid ini.

Arsitektur dan Daya Tarik Masjid

Arsitektur Masjid Jami Luar Batang mencerminkan perpaduan antara gaya tradisional Betawi dan sentuhan Timur Tengah. Bangunan masjid ini terbilang sederhana, namun memancarkan aura religius yang kuat. Di dalam masjid, terdapat makam Habib Husein yang menjadi tujuan utama para peziarah. Di bagian depan masjid terdapat gapura yang menjadi penanda gerbang masuk ke area masjid. Masjid ini dilengkapi dengan dua menara yang mengapit di bagian kanan dan kiri masjid. Menara ini memiliki tinggi 57 meter yang baru dibangun pada 2008. Dua menara ini menggantikan menara legendaris berukuran lebih pendek yakni tujuh meter yang sudah berusia 150 tahun.

Masjid satu lantai ini mampu menampung hingga 1.500 jemaah. Setiap harinya, masjid ini dikunjungi oleh ribuan peziarah dari berbagai daerah, terutama pada akhir pekan. Mereka datang untuk berdoa dan mengenang jasa-jasa Habib Husein dalam menyebarkan agama Islam.

Fungsi Sosial dan Budaya

Masjid Luar Batang bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial, pendidikan agama, dan kebudayaan. Di bulan Ramadan, masjid ini menjadi pusat kegiatan buka puasa bersama, pengajian, dan salat Tarawih, menjalin silaturahmi dan mempererat ukhuwah Islamiyah.

Masjid Luar Batang terus berupaya untuk melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya Islam. Dengan usianya yang mencapai 286 tahun, masjid ini menjadi simbol keberadaan Islam di Jakarta dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.

Berikut list kegiatan yang ada di Masjid Luar Batang:

  • Kegiatan Buka Puasa Bersama
  • Pengajian
  • Salat Tarawih