Oknum Debt Collector di Tangerang Selatan Salahgunakan Layanan Damkar untuk Penagihan Utang

Tindakan tidak terpuji dilakukan oleh seorang yang berprofesi sebagai debt collector di wilayah Cempaka Putih, Ciputat, Tangerang Selatan. Alih-alih melaporkan kejadian darurat, oknum tersebut justru memanfaatkan layanan pemadam kebakaran (Damkar) untuk kepentingan pribadinya, yaitu menagih utang.

Kejadian bermula ketika seorang pria menghubungi petugas Damkar Tangerang Selatan dan melaporkan adanya ular di sebuah rumah. Darusalam, Komandan Regu (Danru) Alpha Damkar Tangsel, menjelaskan bahwa pelapor tidak dapat memberikan bukti visual berupa foto atau video karena istrinya ketakutan. Walaupun demikian, dengan pertimbangan kemanusiaan, tim Alpha tetap merespon laporan tersebut dan segera menuju lokasi yang diberikan melalui pesan WhatsApp.

Namun, sesampainya di lokasi, petugas Damkar tidak menemukan rumah yang sesuai dengan deskripsi pelapor. Area tersebut didominasi oleh rumah kontrakan dan indekos, yang semakin mempersulit pencarian. Petugas kemudian berinisiatif untuk berkoordinasi dengan Ketua RT setempat. Saat itulah, pelapor menghubungi petugas dan mengungkapkan identitasnya sebagai seorang debt collector. Ia meminta bantuan petugas Damkar untuk menagih utang kepada seorang nasabah pinjaman online (pinjol) bernama Doni Iskandar yang tinggal di wilayah tersebut.

"Terus, enggak lama kemudian dia bilang, ‘Mas, tolong tagihin utang atas nama Doni Iskandar ya dan istrinya'," jelas Darus, menirukan perkataan debt collector tersebut. Ironisnya, nama Doni Iskandar inilah yang sebelumnya digunakan sebagai identitas palsu saat membuat laporan palsu adanya ular.

Merasa dipermainkan, Darus mencoba menghubungi kembali pelapor, namun tidak mendapatkan respons. Hingga saat ini, pihak Damkar belum berencana melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian. Kendati demikian, Darus menegaskan bahwa pihaknya akan memperketat Standar Operasional Prosedur (SOP) dan tidak akan ragu untuk melaporkan kejadian serupa ke polisi di masa mendatang.

"Kami akan perketat SOP lagi mungkin ke depannya. Kalau gini lagi ya, kami akan akan melapor ke pihak yang berwajib,” tuturnya. Darus mengakui bahwa kurangnya kelengkapan dokumentasi dari pelapor memang sempat menimbulkan kecurigaan. Namun, karena merasa khawatir dengan kondisi istri pelapor yang disebut ketakutan, tim Damkar tetap memutuskan untuk menindaklanjuti laporan tersebut dengan peralatan lengkap.

Kasus ini menjadi preseden buruk dan menunjukkan penyalahgunaan layanan publik yang seharusnya diperuntukkan bagi situasi darurat. Pihak Damkar mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan tindakan serupa dan memanfaatkan layanan mereka secara bertanggung jawab.