Andrea Hirata Siapkan Karya Cerpen Berbahasa Belitung: Upaya Pelestarian Bahasa Daerah
Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi, mengungkapkan rencana penerbitan kumpulan cerita pendek (kumcer) berbahasa Belitung. Kabar ini disampaikan saat pertemuannya dengan awak media di kawasan Pasar Baru, Jakarta.
"Alhamdulillah juga, InsyaAllah kumcer yang pertama. Naskah ini sudah diperlihatkan pada penerbit, ada dua cerpen dalam bahasa Belitung," ujarnya.
Andrea Hirata mengungkapkan bahwa proyek ini merupakan bagian dari upaya pelestarian bahasa Belitung. Sebelumnya, ia telah menerjemahkan Laskar Pelangi ke dalam bahasa Belitung dan berdiskusi dengan berbagai pihak terkait. Keinginannya adalah untuk menghidupkan kembali kosakata bahasa Belitung yang mulai terlupakan.
Penulis yang dikenal dengan gaya bertutur yang khas ini menceritakan pengalamannya berkeliling Belitung Timur menggunakan sepeda tua peninggalan ayahnya. Sambil membawa spanduk, ia mengunjungi berbagai pelosok desa dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan kosakata bahasa Belitung yang hampir punah.
"Saya tanya, tahu arti kata 'bedake'? Kata 'kuwake' atau 'melipe'? 90% gak ada yang tahu," ungkapnya dengan nada prihatin. Dari kegiatan tersebut, ia mencatat sekitar 400 kata benda yang terancam punah, dengan 20 kata di antaranya hilang setiap tahunnya.
Aktivitas budaya yang ia namakan "Tour De Bahase Belitong" telah menyambangi beberapa sekolah di Belitung Timur, termasuk SDN 6 Gentong, SDN 2 Gantong, SMPN 1 Gantong, dan SMAN 1 Gantong. Rencananya, ia akan kembali ke kampung halamannya bulan depan untuk melanjutkan tur tersebut.
Langkah Andrea Hirata ini patut diapresiasi sebagai bentuk kontribusi nyata dalam menjaga kekayaan budaya Indonesia, khususnya bahasa daerah. Karya-karya berbahasa Belitung diharapkan dapat menarik minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan bahasa warisan leluhur mereka.
Perjumpaan dengan Andrea Hirata ini merupakan yang pertama kalinya setelah 5 tahun lalu ia muncul ke hadapan media dan pembaca. Saat itu, ia merilis novel Orang-Orang Biasa di Kemang, Jakarta Selatan.