Kasus Infeksi Menular Seksual di Kalangan Generasi Z Meningkat Signifikan, Jakarta dan Bali Jadi Sorotan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) baru-baru ini mengungkapkan adanya peningkatan kasus infeksi menular seksual (IMS) yang mengkhawatirkan di kalangan remaja berusia 15 hingga 19 tahun. Data menunjukkan peningkatan yang signifikan selama tiga tahun terakhir, memicu kekhawatiran di kalangan petugas kesehatan dan masyarakat luas. Peningkatan ini menjadi perhatian khusus karena kelompok usia ini seharusnya menjadi fokus perlindungan dan edukasi kesehatan.

Data Kemenkes RI menunjukkan, pada tahun 2024 tercatat sebanyak 4.589 kasus IMS pada kelompok usia 15-19 tahun. Angka ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, tercatat 2.569 kasus, yang kemudian meningkat menjadi 3.222 kasus pada tahun 2023. Lonjakan tajam pada tahun 2024 mengindikasikan adanya faktor-faktor yang perlu diidentifikasi dan diatasi segera.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, dalam konferensi pers yang diadakan pada Jumat (20/6/2025), menjelaskan bahwa peningkatan kasus IMS pada remaja sejalan dengan peningkatan jumlah tes IMS yang dilakukan. Hal ini menunjukkan adanya upaya yang lebih intensif dalam mendeteksi kasus IMS di kalangan remaja. Namun, peningkatan jumlah tes juga mengindikasikan bahwa masalah IMS di kalangan remaja semakin meluas dan membutuhkan penanganan yang lebih komprehensif.

Pada tahun 2022, jumlah orang yang menjalani tes IMS adalah 85.574 orang. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2023 menjadi 158.378 orang. Pada tahun 2024, jumlah orang yang dites IMS melonjak menjadi 291.672 orang. Peningkatan jumlah tes ini menunjukkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini IMS, tetapi juga mengindikasikan perlunya peningkatan edukasi dan pencegahan IMS di kalangan remaja.

Berdasarkan data geografis, kasus IMS pada usia 15 hingga 19 tahun banyak ditemukan di kota-kota besar. DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Bali menjadi wilayah dengan kasus IMS tertinggi di kalangan remaja. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti akses yang lebih mudah ke informasi dan layanan kesehatan, tetapi juga karena gaya hidup yang lebih bebas dan kurangnya pengawasan orang tua.

Dr. Ina juga menyoroti bahwa sifilis menjadi jenis IMS yang paling banyak ditemukan pada kelompok usia 15-19 tahun. Dari total 4.589 kasus IMS pada tahun 2024, sekitar 48 persen atau 2.191 kasus adalah sifilis. Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak diobati, seperti kerusakan otak, jantung, dan organ lainnya.

Berikut adalah daftar wilayah dengan kasus IMS tertinggi:

  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Bali

Peningkatan kasus IMS di kalangan remaja merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang komprehensif. Upaya pencegahan dan pengendalian IMS harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, petugas kesehatan, orang tua, guru, dan masyarakat luas. Edukasi tentang kesehatan reproduksi dan IMS harus diberikan sejak dini kepada remaja, agar mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk melindungi diri dari IMS. Selain itu, akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas juga harus ditingkatkan, agar remaja dapat dengan mudah melakukan tes IMS dan mendapatkan pengobatan jika terinfeksi.