Industri HTI di OKI Tingkatkan Kewaspadaan Karhutla Jelang Musim Kemarau

Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, menjadi fokus perhatian dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjelang musim kemarau 2025. Perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang beroperasi di wilayah ini meningkatkan kesiapsiagaan dengan serangkaian langkah antisipatif.

Tiga perusahaan yang bermitra dengan APP Group, yaitu PT Bumi Mekar Hijau (BMH), PT Bumi Andalas Permai (BAP), dan PT Sebangun Bumi Andalas Wood Industries (SBA), telah menerapkan strategi penanggulangan terpadu. Prioritas utama adalah mencegah terjadinya kebakaran di dalam area konsesi mereka. Salah satu fokus utama adalah memastikan seluruh proses produksi dilakukan tanpa metode pembakaran, mulai dari pembukaan lahan hingga proses panen.

"Kami mengelola perencanaan, pembukaan lahan, dan pemanenan secara profesional. Selain itu, kami juga memiliki program pemberdayaan masyarakat desa yang mencakup aspek ekonomi, budaya, infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan, termasuk skema kemitraan kehutanan. Tujuannya adalah agar lahan terlantar dapat kembali produktif dan terhindar dari karhutla," ujar Iwan Setiawan, Eksternal Relation Head PT BAP, saat meninjau simulasi pemadaman karhutla di Sungai Baung, OKI.

Panji Bintoro, Fire Operation Management Head PT BAP, menambahkan bahwa pemantauan titik panas (hotspot) dilakukan secara intensif selama 24 jam. Pemantauan ini memanfaatkan citra satelit, data dari automatic weather station (AWS), dan indeks cuaca kebakaran. Data yang diperoleh kemudian diverifikasi oleh Tim Reaksi Cepat.

"Kami menyiagakan helikopter patroli dan unit water bombing. Tim Reaksi Cepat kami terdiri dari Regu Pemadam Kebakaran (RPK) terlatih yang dapat merespons hotspot dalam hitungan menit," jelas Panji.

Strategi integrated fire management (IFM) diterapkan melalui empat pilar utama:

  • Pencegahan
  • Kesiapsiagaan
  • Deteksi dini
  • Respons cepat

Sarana pendukung yang disiapkan meliputi menara pantau, kanal air, embung, peralatan pemadaman modern, serta pelatihan rutin bagi lebih dari 600 personel RPK di wilayah OKI. Selain fokus pada mitigasi kebakaran, perusahaan HTI ini juga memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Hingga Mei 2025, perusahaan telah menyerap 1.863 pekerja, dilengkapi dengan pelatihan keterampilan dan program usaha mikro bagi warga sekitar.

"Kami ingin hutan tetap lestari, ekonomi tumbuh, dan kebakaran dapat dicegah sedini mungkin," kata Panji.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten OKI, Listiadi Martin, menyatakan bahwa pihaknya telah membangun posko siaga untuk mengantisipasi potensi karhutla selama musim kemarau. Sembilan kecamatan di OKI diidentifikasi sebagai wilayah rawan kebakaran saat musim kemarau, antara lain Pampangan, Pangkalan Lampam, Cengal, Tulung Selapan, Sungai Menang, Air Sugihan, Tanjung Lubuk, Pedamaran Timur, dan Kayuagung.

"Sembilan wilayah tersebut menjadi prioritas pencegahan karhutla pada tahun 2025. Pembangunan posko difokuskan di kawasan pantai timur OKI," ujar Listiadi.

Sebanyak 34 personel disiapkan untuk patroli rutin di kawasan rawan dan dibagi ke dalam empat regu. "Setiap regu bertugas di beberapa kecamatan. Dalam satu kecamatan, bisa ada dua hingga empat personel yang melakukan patroli," jelasnya.

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2025.

"BMKG memprediksi musim kemarau tahun ini akan lebih panas dibandingkan tahun lalu, meski durasinya relatif lebih singkat. Sampai saat ini, meskipun sudah masuk musim kemarau, belum ada karhutla di Kabupaten OKI," kata Listiadi.