Konsumen Ungkap Alasan Beralih dari Minyakita ke Minyak Goreng Premium
Konsumen Ungkap Alasan Beralih dari Minyakita ke Minyak Goreng Premium
Pergeseran preferensi konsumen terhadap minyak goreng kemasan terlihat dari meningkatnya penggunaan minyak goreng premium dibandingkan Minyakita, minyak goreng bersubsidi pemerintah. Hal ini terungkap dari wawancara dengan sejumlah ibu rumah tangga di Jakarta Selatan. Ika (40), salah satu responden, menyatakan telah berhenti menggunakan Minyakita selama satu tahun terakhir. Alasannya, Minyakita dinilai kurang ekonomis dan kualitasnya dianggap di bawah merek lain yang lebih mahal.
"Saya dulu pernah beli Minyakita, tetapi sekarang sudah tidak lagi karena minyaknya cepat habis, cepat menguap," ujar Ika saat ditemui di kawasan Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (12/3/2025). Ia menambahkan, "Minyak goreng merek lain lebih awet dan menghasilkan gorengan yang lebih enak. Lebih baik sedikit lebih mahal daripada cepat habis." Pernyataan Ika mencerminkan pertimbangan konsumen yang semakin memprioritaskan kualitas dan efisiensi penggunaan, meskipun harus merogoh kocek lebih dalam.
Meskipun isu dugaan kecurangan takaran Minyakita beredar, Ika tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut. Menurutnya, perbaikan kualitas Minyakita akan menjadi pertimbangan utama untuk kembali menggunakan produk tersebut. "Kalau misalnya kualitas diperbaiki, mungkin kita beli lagi," tambahnya.
Berbeda dengan Ika, Santi (48), ibu rumah tangga lainnya, memiliki pandangan yang lebih pragmatis. Ia menyatakan penggunaan minyak goreng bergantung pada ketersediaan di pasaran. "Ya apa saja yang ada. Kalau pas ada Minyakita, ya Minyakita. Ya apa saja dibeli," katanya. Meskipun mengakui terdampak isu dugaan kecurangan takaran, Santi lebih memfokuskan perhatian pada kebutuhan sehari-hari keluarganya. "Ngaruh, kalau ibu rumah tangga kan pasti butuh aja. Ya mau dikurangin itu urusannya dia aja. Yang penting buat saya, masak ada," imbuhnya.
Dari kedua wawancara tersebut, terlihat adanya perbedaan prioritas di antara konsumen. Beberapa konsumen cenderung memilih kualitas dan efisiensi meskipun dengan harga lebih mahal, sementara yang lain lebih memprioritaskan ketersediaan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan memasak keluarga sehari-hari. Hal ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen dalam membeli minyak goreng, tidak hanya harga subsidi, tetapi juga kualitas produk dan kepraktisan penggunaannya.
Kesimpulannya, pergeseran preferensi dari Minyakita ke minyak goreng premium menunjukkan bahwa faktor kualitas dan efisiensi menjadi pertimbangan utama bagi sebagian konsumen, bahkan melebihi pertimbangan harga. Isu dugaan kecurangan takaran, meskipun berpengaruh, bukan satu-satunya faktor penentu dalam keputusan pembelian minyak goreng.