Kolaborasi Global Ditekankan dalam Menanggapi Disrupsi Teknologi oleh Peneliti Internasional
Peneliti Soroti Urgensi Kolaborasi Global dalam Menghadapi Disrupsi Teknologi
Disrupsi teknologi, yang dipicu oleh kemajuan pesat big data dan kecerdasan buatan (AI), telah menjadi topik hangat di kalangan peneliti dan akademisi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia dan Jerman. Para ahli menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh perubahan teknologi ini. Hal tersebut mengemuka dalam konferensi tahunan International Communication Association (ICA) ke-75 yang diadakan secara hibrida.
Novi Kurnia, seorang dosen dari Universitas Gajah Mada (UGM), menjelaskan bahwa disrupsi digital telah mengubah secara fundamental cara kita meneliti dan memahami komunikasi. Fokus baru muncul, termasuk literasi digital, etika penelitian, dan tantangan disinformasi. Untuk menjawab tantangan ini diperlukan respons kolaboratif dari berbagai pihak.
Dalam presentasinya, Novi menyoroti hasil riset kolaboratif Japelidi sebagai studi kasus yang menggambarkan pentingnya literasi digital. Ia menekankan bahwa teknologi AI dan big data menciptakan peluang baru, namun juga memperlebar kesenjangan digital dan meningkatkan risiko keamanan informasi. Oleh karena itu, upaya peningkatan literasi digital harus menjadi prioritas.
Sementara itu, Dr. Catur Suratnoaji, S.Sos., M.Si., seorang peneliti dari UPN Veteran Jawa Timur, menyoroti kebutuhan untuk beradaptasi dalam metodologi penelitian. Ia berpendapat bahwa big data dan AI mengubah pendekatan penelitian secara signifikan, sehingga peneliti harus mampu merespons dengan metode yang relevan, sambil tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika. Adaptasi metodologis ini sangat penting agar penelitian tetap relevan dan berkualitas di era disrupsi teknologi.
Prof. Eni Maryani, seorang Guru Besar Ilmu Komunikasi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), menekankan pentingnya penggunaan metode campuran (mix methods) dalam penelitian komunikasi di Indonesia. Pendekatan ini memungkinkan pemahaman yang lebih komprehensif, terutama dalam konteks literasi media dan digital. Dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif, peneliti dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang fenomena komunikasi yang kompleks.
Prof. Alois Moosmüller dari Jerman, menggarisbawahi pentingnya perspektif lintas budaya dalam penelitian global. Ia menyatakan bahwa komunikasi dan budaya adalah dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. Kompetensi antar budaya menjadi kunci dalam membangun kolaborasi internasional yang efektif. Model kolaborasi yang efektif mencakup lima aspek penting:
- Keterampilan
- Kesadaran
- Sikap
- Pengetahuan
- Hasil yang diharapkan (desired outcome)
Para peserta konferensi sepakat bahwa Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, memiliki peran penting dalam pengembangan studi komunikasi. Penguatan kolaborasi antara akademisi, industri, dan pembuat kebijakan menjadi sangat penting untuk menjaga relevansi studi komunikasi di tengah tantangan global yang terus berkembang.