Depot Hj. Rochmah: Legenda Kuliner Pasar Blauran yang Tak Lekang Waktu
Di tengah hiruk pikuk Pasar Blauran, Surabaya, tersembunyi sebuah permata kuliner yang telah menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Depot Hj. Rochmah, sebuah warung sederhana dengan papan nama kuning yang khas, bukan sekadar tempat untuk mengisi perut, melainkan sebuah legenda yang terus hidup dari generasi ke generasi.
Didirikan pada tahun 1977 oleh almarhumah Hj. Rochmah, depot ini telah menjadi ikon kuliner yang dicintai oleh warga Surabaya dan para pelancong. Warung ini berjarak sekitar 50 meter dari pintu masuk pasar. Generasi kedua penerus warung ini adalah Ibu Nanik sebagai menantu dari Hj. Rochmah. Mega, seorang karyawan setia yang telah menjadi bagian dari keluarga Depot Hj. Rochmah sejak pandemi Covid-19, dengan bangga menceritakan kisah sukses warung ini.
"Dulu memang tidak seramai ini. Tapi sejak dipegang generasi kedua, rasa makin enak, sampai viral bukan cuma di Indonesia, tapi sampai ke luar negeri," ungkap Mega, menggambarkan transformasi warung ini dari tempat yang sepi menjadi tujuan kuliner yang selalu ramai dikunjungi.
Popularitas Depot Hj. Rochmah tidak hanya berdampak pada warung itu sendiri, tetapi juga memberikan efek domino positif bagi pedagang lain di Pasar Blauran. Pengunjung yang datang untuk menikmati kelezatan dawet dan lontong mi, seringkali menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan lain di pasar, sehingga meningkatkan pendapatan para pedagang.
Menu andalan Depot Hj. Rochmah memang sederhana, namun mampu menggoyang lidah siapa saja yang mencicipinya. Lontong mi, gado-gado, es dawet, dan tahu campur adalah beberapa hidangan yang menjadi favorit pelanggan. Namun, es dawet tetap menjadi primadona, dengan kombinasi dawet hijau lembut, ketan hitam manis, srintil kenyal, bubur sumsum gurih, mutiara, dan biji salak yang disiram dengan santan segar dan gula jawa.
Lontong mi juga tidak kalah menggoda, dengan lontong, mi, petis khas, tahu, lento, dan kuah gurih yang disempurnakan dengan tauge dan kerupuk. Dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp 10.000 untuk es dawet dan Rp 15.000 untuk lontong mi, Depot Hj. Rochmah membuktikan bahwa kualitas dan rasa yang lezat tidak harus mahal.
Keunikan lain dari Depot Hj. Rochmah adalah semua menu dibuat sendiri setiap hari oleh empat orang juru masak sejak pukul enam pagi. Proses pembuatan yang teliti dan penggunaan bahan-bahan berkualitas menjadi kunci utama dalam menjaga cita rasa otentik yang telah menjadi ciri khas warung ini.
Di era digital ini, popularitas Depot Hj. Rochmah semakin meroket. Setiap pagi, ratusan pesanan datang melalui jasa titip (jastip) dari berbagai wilayah, seperti Gresik dan Sidoarjo. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi, Depot Hj. Rochmah buka mulai pukul 10 pagi hingga pukul 5 sore, dengan hari libur hanya sekali sebulan, yaitu setiap Senin pada akhir bulan. Jadwal ini memberikan waktu istirahat yang cukup bagi 11 karyawan yang bekerja keras melayani pelanggan.
"Kalau Sabtu-Minggu tidak mungkin libur, soalnya rame banget. Banyak pelanggan dari luar kota, kasihan kalau sampai datang tapi warung tutup," jelas Mega, menunjukkan komitmen Depot Hj. Rochmah untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan setia mereka.
Depot Hj. Rochmah bukan hanya sekadar warung makan, tetapi juga sebuah simbol ketekunan, cinta, dan warisan rasa yang terus hidup di tengah keramaian Pasar Blauran. Sebuah legenda kuliner yang tak lekang oleh waktu.