Pembicaraan Tingkat Tinggi Prabowo-Putin Diharapkan Percepat Kesepakatan Dagang Indonesia-Eurasia

markdown Presiden terpilih Prabowo Subianto dijadwalkan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin di St. Petersburg, Rusia, dalam sebuah pertemuan yang diharapkan dapat membuka jalan bagi kemajuan signifikan dalam perundingan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU). Pertemuan ini dipandang krusial untuk mempercepat finalisasi perjanjian yang berpotensi membuka akses pasar yang luas bagi produk-produk Indonesia di kawasan Eurasia.

Menjelang pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri RI, Sugiyono, mengkonfirmasi bahwa pembahasan mengenai perjanjian dagang dengan EAEU akan menjadi salah satu agenda utama. Sugiyono menyatakan optimisme bahwa pertemuan Prabowo-Putin akan menghasilkan titik terang yang konstruktif bagi kelanjutan perundingan. "Kemarin hal ini juga disampaikan kepada kami pada saat pertemuan saya dengan Menteri Luar Negeri Rusia... mudah-mudahan bisa segera disetujui," ujar Sugiyono dalam keterangan yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Perjanjian Indonesia-EAEU FTA sendiri merupakan sebuah inisiatif strategis untuk memperluas jangkauan ekspor Indonesia ke wilayah yang meliputi Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kirgistan. Dengan populasi gabungan mencapai 183 juta jiwa, EAEU menawarkan potensi pasar yang signifikan bagi produk-produk unggulan Indonesia. Diharapkan, perjanjian ini akan memfasilitasi penurunan hambatan tarif dan non-tarif, sehingga meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar Eurasia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, akan memberikan keterangan lebih lanjut mengenai aspek teknis dari perundingan perjanjian dagang tersebut. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menargetkan perundingan Indonesia-EAEU FTA dapat diselesaikan pada akhir tahun ini. Perundingan resmi diluncurkan pada 5 Desember 2022, dan putaran ke-4 telah dilaksanakan pada 18-20 Maret 2024 di Yerevan, Armenia.

Fokus utama perjanjian dagang ini adalah pada produk manufaktur padat karya, sektor pertanian, dan perikanan. Dengan adanya kesepakatan ini, diharapkan produk-produk ekspor Indonesia seperti kelapa sawit, hasil pertanian, tekstil, dan elektronik dapat memasuki pasar EAEU dengan lebih mudah dan kompetitif.

Jika dikombinasikan dengan perjanjian dagang Indonesia-Uni Eropa Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), Indonesia berpotensi memiliki akses pasar ke lebih dari 600 juta orang, atau sekitar 8% dari populasi dunia. Ini akan memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui peningkatan ekspor.

Data perdagangan menunjukkan bahwa total perdagangan Indonesia dengan EAEU mencapai US$ 4,1 miliar pada tahun 2023. Ekspor Indonesia ke EAEU tercatat sebesar US$ 1,5 miliar, meningkat 36% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, impor Indonesia dari EAEU mencapai US$ 2,4 miliar, menurun 4%. Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar US$ 1,1 miliar dengan EAEU.

Beberapa poin penting terkait perjanjian dagang ini meliputi:

  • Fokus pada produk manufaktur padat karya, pertanian, dan perikanan.
  • Penurunan hambatan tarif dan non-tarif.
  • Peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar Eurasia.
  • Akses ke pasar dengan populasi 183 juta jiwa di EAEU.
  • Potensi akses ke lebih dari 600 juta orang jika digabungkan dengan Indonesia-UE CEPA.

Perjanjian Indonesia-EAEU FTA diharapkan menjadi katalisator bagi peningkatan hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Eurasia, serta memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.