Wamen BUMN Larang Keterlibatan Istri Direksi dalam Pengambilan Keputusan Perusahaan
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dony Oskaria menekankan pentingnya profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan-perusahaan pelat merah. Salah satu poin krusial yang disorot adalah larangan bagi istri para direksi BUMN untuk ikut campur dalam urusan internal perusahaan. Penegasan ini disampaikan Dony usai serangkaian Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di beberapa BUMN.
Menurut Dony, praktik melibatkan istri dalam pengambilan keputusan, seperti pemilihan dekorasi kantor atau pengisi acara, harus dihentikan. Ia menegaskan bahwa BUMN adalah perusahaan negara, bukan bisnis keluarga yang bisa diatur sesuka hati. Keterlibatan yang tidak semestinya ini dapat menciptakan kebiasaan buruk dan merusak lingkungan kerja yang profesional.
"Saya minta sama mereka adalah saya nggak mau istri terlibat di dalam urusan kantor. Saya nggak mau itu istri nentuin gorden, istri nentuin penyanyi, istri nentuin acara gitu," ujar Dony dalam sebuah diskusi di Jakarta.
Lebih lanjut, Dony mengingatkan para direksi untuk tidak merasa berutang budi kepada siapapun atas jabatan yang mereka emban. Ia menegaskan bahwa proses pemilihan direksi BUMN dilakukan secara profesional dan berdasarkan kompetensi. Selain itu, ia juga meminta agar para direksi tidak mau ditekan oleh pihak manapun dalam menjalankan tugas. Jika ada indikasi tekanan, Dony meminta agar direksi segera melaporkannya.
"Jadi tidak ada boleh pekerjaan yang ditekan karena nama A nama B nama C. Kalau ada yang menekan laporkan ke saya, saya juga akan melaporkan. Kalau saya mampu, kalau saya tidak mampu saya melaporkan lagi ke atasnya. Jadi saya bilang tidak boleh bekerja dalam tekanan, lakukan secara profesional," tegasnya.
Selain isu keterlibatan istri dan tekanan eksternal, Dony juga menyoroti gaya hidup sebagian direksi BUMN yang dinilai kurang pantas. Ia secara khusus melarang para direksi untuk bermain golf di hari kerja atau jam kerja. Menurutnya, aktivitas tersebut dapat merusak citra BUMN di mata masyarakat.
"Bukan apa-apa, saya bilang itu memberikan optik yang tidak bagus kepada masyarakat. Kita kan digaji proper, digaji bagus, masa ya kita hari kerja ada di lapangan golf. Menurut saya itu, saya bilang saya tidak bisa mentolerir itu. Bukan buat kepentingan saya, tetapi kita harus menjaga bahwa BUMN ini korporasi," jelasnya.
Terakhir, Dony menyinggung soal protokoler yang berlebihan, termasuk protokoler untuk istri direksi. Ia menilai hal tersebut tidak perlu dan tidak sesuai dengan standar pejabat di negara lain. Dony berharap, dengan reformasi budaya kerja ini, BUMN dapat menjadi perusahaan yang profesional, transparan, dan akuntabel.