Korps Lalu Lintas Polri mencatat sebuah ironi di tengah kemajuan bangsa. Tahun 2024 menjadi saksi bisu tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Lebih dari 205 ribu kasus kecelakaan terjadi, merenggut nyawa hampir 27 ribu orang. Data ini menjadi tamparan keras bagi upaya peningkatan keselamatan di jalan raya.

Brigjen Bakharuddin Muhammad Syah, Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri, dalam sebuah acara di Bekasi, Jawa Barat, menyampaikan keprihatinannya. Beliau menekankan bahwa lalu lintas bukan hanya sekadar aktivitas perpindahan, tetapi juga cerminan budaya dan kemajuan teknologi sebuah bangsa. Ketertiban, keamanan, dan kelancaran lalu lintas adalah fondasi penting untuk mencapai produktivitas maksimal.

Ironisnya, di tengah potensi bonus demografi yang akan dinikmati Indonesia pada tahun 2030-2045, keselamatan lalu lintas justru menjadi ancaman serius. Bakharuddin memperingatkan bahwa jika sistem transportasi dan lalu lintas tidak segera dibenahi, bonus demografi ini bisa berubah menjadi malapetaka sosial. Bayangkan, mayoritas penduduk berada di usia produktif, namun terancam menjadi korban kecelakaan di jalan raya.

Beberapa faktor utama penyebab tingginya angka kecelakaan ini meliputi peningkatan jumlah kendaraan, urbanisasi yang tidak terkendali, dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap aturan lalu lintas. Jalan raya seolah menjadi mesin pembunuh yang mengintai setiap saat.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya komprehensif dari berbagai pihak. Pemerintah harus memperkuat regulasi, menegakkan hukum secara tegas, dan membangun infrastruktur yang aman bagi seluruh pengguna jalan. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki tanggung jawab besar untuk mematuhi aturan lalu lintas, seperti:

• Mematuhi rambu lalu lintas
• Menggunakan helm SNI
• Tidak menerobos lampu merah
• Tidak menggunakan ponsel saat berkendara

Keselamatan lalu lintas adalah tanggung jawab kita bersama. Mari jadikan jalan raya sebagai ruang aman dan nyaman bagi semua.