Dejan Ferdinansyah: Siapapun Partnernya, Saya Siap Berproses dari Awal

Dejan Ferdinansyah: Siapapun Partnernya, Saya Siap Berproses dari Awal

Ganda campuran Indonesia tengah menjadi sorotan setelah perubahan komposisi pasangan yang cukup signifikan. Salah satu pemain yang kini menjadi pusat perhatian adalah Dejan Ferdinansyah. Setelah dipastikan tidak lagi berpasangan dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti, yang akan fokus di sektor ganda putri, Dejan kini menanti keputusan mengenai siapa yang akan menjadi partner barunya di lapangan.

Dejan Ferdinansyah, pebulutangkis berusia 25 tahun, menyatakan kesiapannya untuk berpasangan dengan siapa pun, baik dari jajaran pemain utama maupun pratama. Menurutnya, kedua opsi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saat ditemui di Pelatnas PBSI, Cipayung, Dejan mengungkapkan bahwa diskusi mengenai calon partnernya masih terus berlangsung.

"Obrolan terakhir itu mungkin mau dicoba pratama karena memang yang utama kan sudah punya pasangan masing-masing. Mereka juga sudah punya ranking juga, maksudnya rankingnya cukup baik juga. Jadi, mungkin bisa saja dipecah-pecah lagi, bagaimana pelatih," kata Dejan, mengindikasikan bahwa opsi pemain pratama menjadi prioritas saat ini.

Kelebihan dan Kekurangan Pasangan Utama dan Pratama

Dejan menjelaskan bahwa berpasangan dengan pemain pratama memungkinkan dirinya untuk lebih intensif dalam melatih dan mengembangkan kemampuan bersama. Proses ini memungkinkan adanya komunikasi yang lebih dekat dengan pelatih, serta kesempatan untuk membangun chemistry dari awal.

"Kalau yang pratama bisa di-push banget, lalu bisa ngobrol dengan pelatih, dan bareng-bareng. Tapi memang tak gampang, dari level bawah ke atasnya," ujarnya.

Ia mencontohkan pengalamannya bersama Gloria Emanuelle Widjaja, di mana proses belajar dan adaptasi membutuhkan waktu yang tidak singkat. Namun, potensi jangka panjang dari pasangan pratama dinilai cukup menjanjikan.

Di sisi lain, berpasangan dengan pemain utama menawarkan keuntungan berupa pengalaman dan pemahaman yang sudah matang mengenai permainan ganda campuran. Adaptasi akan lebih cepat karena pemain sudah terbiasa dengan level kompetisi yang tinggi.

"Mungkin yang utama lebih tidak terlalu banyak PR (Pekerjaan Rumah) nya. Tapi kalau yang pratama lebih banyak PR-nya, butuh waktu juga. Tapi lebih bisa di-push latihannya. Lebih jangka panjang? Iya. Itu bisa juga," jelas Dejan.

Siap Berproses dari Awal

Runner up Thailand Masters 2025 ini menegaskan bahwa dirinya tidak keberatan jika harus memulai dari level bawah, bahkan jika dipasangkan dengan pemain muda yang belum memiliki ranking tinggi. Baginya, yang terpenting adalah diberikan kesempatan untuk berproses dan berkembang bersama.

"Kalau saya pribadi sih saya sih enggak apa-apa. Enggak masalah mulai dari awal juga asalkan dikasih kesempatan berproses gitu lo," tegasnya.

Dejan mencontohkan beberapa pasangan senior-junior yang sukses setelah melalui proses yang panjang, seperti Yuta Watanabe dan Tang Chun Man. Ia menyadari bahwa membangun chemistry dan mencapai hasil yang memuaskan membutuhkan waktu dan kesabaran.

"Enggak gampang lah mulai dari awal tapi saya pribadi sih, ya saya enggak masalah kalau memang harus mulai lagi dari awal lagi. Tapi yang mungkin butuh waktu. Enggak langsung kayak maksudnya langsung ingin punya hasil, engga lah."

Dejan juga menyinggung pengalamannya bersama Siti Fadia Silva Ramadhanti, di mana mereka mampu bersaing dalam waktu singkat meskipun dengan keterbatasan latihan. Hal ini membuktikan bahwa komunikasi dan pemahaman yang baik dapat menjadi kunci keberhasilan.

"Ya contohnya saya dengan Fadia, baru partner enam bulan dengan keterbatasan latihan juga kadang di-mix, kadang di ganda putri tapi setidaknya bisa bersaing," ungkapnya.

Menanti Keputusan PBSI

Saat ini, Dejan masih menunggu keputusan resmi dari PBSI mengenai siapa yang akan menjadi partnernya. Ia memahami bahwa proses pengambilan keputusan melibatkan berbagai pihak, termasuk Binpres dan pelatih.

"Enggak tahu sih. Belum ada omongan juga dari Pak BinPres. Maksudnya dari Pak Binpres bicara, 'Okeh fixed ya sama ini,' karena mungkin yang pratama (juga sedang) ke Solo dan minggu kemarin banyak rapat. Kan ada step-stepnya Mungkin dari Binpres ke pelatih lalu komunikasi ke saya. Cuma omongan-omongannya sudah ada sedikit tapi belum ketok palu," pungkasnya.