Strategi Cerdik China dalam Menghadapi Pembatasan Chip AI AS: Transfer Data Skala Besar ke Malaysia Terungkap
Di tengah ketatnya pembatasan ekspor teknologi dari Amerika Serikat, China terus mencari cara inovatif untuk mengembangkan kecerdasan buatannya (AI). Sebuah laporan terbaru mengungkap taktik yang cukup berani, yaitu transfer data dalam skala besar ke Malaysia untuk menghindari pembatasan chip AI.
Menurut laporan yang beredar, beberapa insinyur AI asal China diduga terlibat dalam operasi pengiriman hard disk berkapasitas besar ke sebuah data center di Malaysia. Tindakan ini dilakukan untuk mengakali larangan impor chip AI canggih ke China. Puluhan hardisk dengan total kapasitas 4.8 Petabyte diselundupkan ke Malaysia, dimana di dalamnya berisi data-data yang akan digunakan untuk melatih AI.
Operasi ini melibatkan empat insinyur AI yang masing-masing membawa sejumlah hard disk berkapasitas 80TB dalam koper mereka. Data yang disimpan dalam hard disk tersebut mencakup berbagai jenis informasi, mulai dari spreadsheet, gambar, hingga klip video yang diperlukan untuk pelatihan model AI. Setelah berhasil melewati pemeriksaan di perbatasan, para insinyur tersebut menuju ke sebuah pusat data di Malaysia yang telah disewa sebelumnya. Di fasilitas tersebut, mereka menggunakan sekitar 300 server AI Nvidia untuk memproses data dan membangun model AI.
Pusat data yang digunakan dalam operasi ini dioperasikan oleh sebuah perusahaan yang berbasis di Singapura. Pusat data tersebut dilaporkan memiliki akses ke chip AI kelas atas, termasuk Nvidia Hopper. Pemilihan Malaysia sebagai lokasi pemrosesan data bukan tanpa alasan. Negara ini tidak termasuk dalam daftar negara yang dikenakan embargo penuh oleh AS terkait ekspor chip AI. Malaysia masuk ke dalam tier kedua negara yang boleh mengimpor chip AI dengan batasan maksimal 50.000 GPU untuk periode 2025-2027.
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kebijakan AS yang membatasi akses China terhadap teknologi AI. Pembatasan ini membuat perusahaan-perusahaan di China kesulitan untuk mengimpor perangkat keras canggih yang diperlukan untuk mengembangkan AI. Alih-alih menyelundupkan chip AI secara langsung, China memilih untuk memanfaatkan negara lain yang masih memiliki akses ke teknologi tersebut.
- Data dipindahkan ke Malaysia untuk menghindari pembatasan chip AI AS
- Empat insinyur AI China terlibat
- Total data 4.8 Petabyte
- Menggunakan 300 server AI Nvidia di Malaysia
- Pusat data dioperasikan perusahaan Singapura
Operasi ini menunjukkan betapa pentingnya pengembangan AI bagi China dan bagaimana negara tersebut berupaya mencari solusi alternatif untuk mengatasi hambatan yang ada. Langkah ini juga menggarisbawahi kompleksitas dalam menerapkan pembatasan teknologi dan potensi munculnya strategi-strategi baru untuk menghindarinya.
Negara seperti Malaysia dan Singapura menjadi pilihan karena kebijakan ekspor chip AI Amerika Serikat yang membagi negara-negara menjadi beberapa tier. China sendiri masuk ke dalam tier ketiga, yang mana sepenuhnya dilarang mengimpor chip AI dari AS. Negara lain yang termasuk dalam tier ketiga adalah negara yang dianggap sebagai musuh AS seperti Iran dan Rusia.
Para insinyur yang terlibat dikabarkan sudah kembali ke China dengan membawa data-data penting hasil pemrosesan di Malaysia. Data tersebut akan digunakan sebagai panduan sistem output AI. Belum ada tanggapan resmi dari pemerintah China maupun AS terkait laporan ini. Namun, peristiwa ini menjadi indikasi kuat bahwa persaingan teknologi antara kedua negara akan terus berlanjut dengan berbagai strategi baru yang mungkin belum terungkap.