Polemik Penggantian Istilah 'Prasejarah' Menjadi 'Sejarah Awal' dalam Penulisan Sejarah Nasional Indonesia
Perdebatan mengenai penggantian istilah "prasejarah" menjadi "sejarah awal" dalam penulisan ulang Sejarah Nasional Indonesia (SNI) menuai sorotan dari kalangan arkeolog. Wiwin Djuwita Ramelan, seorang arkeolog dari Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), mempertanyakan urgensi perubahan terminologi yang telah digunakan secara internasional selama lebih dari dua abad.
Urgensi Perubahan Terminologi Dipertanyakan
Wiwin menekankan bahwa perbedaan mendasar antara "prasejarah" dan "sejarah" sudah jelas dan tidak perlu diperdebatkan. Prasejarah merujuk pada periode ketika manusia belum mengenal tulisan, sementara sejarah dimulai ketika sistem tulisan mulai digunakan dan memicu perubahan budaya yang signifikan. Istilah "pre-history" sendiri telah dibahas dan digunakan di Eropa sejak sekitar 200 tahun lalu, dengan bukti paling awal tercatat dalam Oxford English Dictionary pada tahun 1832. Para ahli arkeologi, sejarah, dan ilmuwan lainnya terus menggunakan istilah ini hingga saat ini, karena dianggap telah memperoleh pengakuan ilmiah secara internasional.
Keberatan atas Perubahan Sepihak
Wiwin menyayangkan bahwa para ilmuwan tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi dan berargumentasi sebelum perubahan terminologi ini ditetapkan. Terminologi baru ini tampaknya hanya ditetapkan oleh sebuah kebijakan yang disetujui oleh sekelompok ahli yang tergabung dalam tim penulis sejarah ulang. Dia berharap bahwa penggunaan istilah "sejarah awal" hanya terbatas sebagai judul bab dalam buku SNI, dan tidak menggantikan istilah "prasejarah" yang kemungkinan akan muncul ratusan kali dalam uraian jilid 1 SNI.
Latar Belakang Penulisan Ulang Sejarah
Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) sebelumnya telah mengumumkan rencana untuk melakukan penulisan ulang sejarah dengan tujuan menghapus bias kolonial, memperkuat identitas nasional, dan menjawab tantangan globalisasi. Penulisan ini akan terdiri dari 10 jilid utama, yang mencakup berbagai periode sejarah Nusantara, mulai dari awal peradaban hingga era reformasi.
Alasan Penggunaan Istilah "Sejarah Awal"
Profesor Singgih Tri Sulistiyono, editor umum penulisan ulang sejarah Indonesia, menjelaskan bahwa timnya memilih konsep "sejarah awal" alih-alih "prasejarah" karena menilai ada bias kolonialisme dalam penggunaan istilah "prasejarah". Istilah "prasejarah" dianggap mengimplikasikan bahwa masyarakat Indonesia di masa lalu adalah masyarakat inferior sebelum berinteraksi dengan kebudayaan India yang memperkenalkan tulisan. Padahal, menurutnya, teknologi di Indonesia sudah maju pada zaman itu. Paradigma "sejarah awal" ini sebenarnya telah dirintis oleh sejarawan Jacob Cornelis van Leur.