Mitos Kategori 'Ceremonial' dan 'Culinary' pada Matcha: Fakta Sebenarnya dari Jepang

Di Indonesia, pasar matcha seringkali diwarnai dengan dikotomi 'ceremonial' dan 'culinary'. Konsumen kerap kali dihadapkan pada pilihan antara matcha 'ceremonial' yang dianggap superior dan 'culinary' yang lebih terjangkau.

Namun, benarkah pembagian ini merepresentasikan standar kualitas yang berlaku di negara asal matcha, Jepang? Faktanya, pembedaan kategori ini tidak lazim ditemukan di Jepang.

Produsen matcha di Jepang cenderung menghindari kategori 'ceremonial' dan 'culinary' sebagai tolok ukur kualitas. Mereka lebih berfokus pada karakteristik spesifik matcha, seperti rasa, aroma, tekstur, warna, serta jenis kultivar yang digunakan.

Standar Penilaian Matcha di Jepang

Lantas, bagaimana cara menilai kualitas matcha yang sebenarnya?

Berikut adalah beberapa kriteria penting yang perlu diperhatikan:

  • Asal Produksi: Prefektur Uji di Kyoto dikenal luas sebagai penghasil matcha berkualitas tinggi. Selain itu, kota Yame (Fukuoka), Shizuoka, dan Nishio juga mulai menanjak reputasinya sebagai produsen matcha.
  • Proses Penaungan: Penaungan tanaman teh sebelum panen merupakan langkah krusial. Proses ini memodifikasi profil asam amino daun teh, menghasilkan rasa umami yang khas pada matcha.
  • Kultivar Tanaman Teh: Kultivar Yabukita merupakan yang paling umum digunakan. Beberapa kultivar lain, seperti Asahi, seringkali diasosiasikan dengan matcha premium.
  • Waktu Panen: Panen pertama (first flush atau Shin Cha) dianggap sebagai yang terbaik karena tanaman teh telah mengakumulasi nutrisi selama musim dingin. Matcha berkualitas tinggi idealnya dibuat dari daun teh panen pertama.
  • Pengolahan dan Penyimpanan: Matcha berkualitas memiliki tekstur halus seperti bedak talek dan tidak terasa kasar.
  • Warna: Warna hijau terang (vibrant) menandakan kesegaran matcha. Hindari bubuk matcha yang berwarna kekuningan karena mengindikasikan penurunan kualitas.
  • Rasa: Matcha berkualitas idealnya memiliki rasa umami yang kuat, sedikit pahit, dan sentuhan manis alami.

Kesimpulan

Alih-alih terpaku pada kategori 'ceremonial' dan 'culinary', sebaiknya fokus pada kriteria kualitas yang lebih objektif. Dengan memahami faktor-faktor seperti asal produksi, proses penaungan, kultivar, waktu panen, pengolahan, warna, dan rasa, Anda dapat memilih matcha yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan Anda.

Penting untuk diingat: Tidak ada lembaga pemerintah atau organisasi internasional yang secara resmi mengatur atau mendefinisikan kategori "ceremonial grade" pada matcha. Label "ceremonial" yang disematkan oleh produsen lebih bersifat subjektif dan tidak memiliki landasan yang jelas.