Erupsi Lewotobi Laki-laki Lumpuhkan Penerbangan di NTT dan Sekitarnya, Ribuan Penumpang Terjebak
Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menyebabkan gangguan signifikan terhadap lalu lintas udara di wilayah tersebut. Erupsi gunung berapi ini memaksa penutupan sementara tiga bandara dan berdampak pada ribuan penumpang.
Abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Lewotobi Laki-laki terdeteksi oleh AirNav Indonesia menyebar di berbagai ketinggian, mulai dari 10.000 kaki hingga 53.000 kaki. Sebaran abu ini mengancam keselamatan penerbangan, sehingga otoritas penerbangan mengambil langkah-langkah pencegahan.
Penutupan Bandara dan Dampaknya
Otoritas Bandar Udara Wilayah IV mengumumkan penutupan tiga bandara sebagai respons terhadap erupsi tersebut. Bandara-bandara yang terdampak adalah:
- Bandar Udara Fransiskus Xaverius Seda di Maumere
- Bandara Soa di Bajawa
- Bandara Haji Hasan Aroeboesman di Ende
Penutupan bandara-bandara ini telah menyebabkan pembatalan dan penundaan penerbangan, mempengaruhi total 26 rute penerbangan. Dampak terparah dirasakan oleh lebih dari 14.000 penumpang, baik pada penerbangan internasional maupun domestik.
Penumpang Terdampak dan Upaya Mitigasi
Beberapa bandara dengan jumlah penumpang terdampak terbesar meliputi:
- Denpasar
- Labuan Bajo
- Lombok
- Maumere
Selain itu, bandara lain seperti Kupang, Bajawa, Ende, Sabu, dan rute konektivitas di NTT, NTB, dan Bali juga mengalami gangguan.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berupaya meminimalkan dampak erupsi terhadap penumpang. Koordinasi intensif dilakukan untuk memastikan penumpang yang terdampak mendapatkan solusi seperti pengalihan penerbangan, pengembalian dana (refund), atau penjadwalan ulang (reschedule).
Prioritas Keselamatan Penerbangan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F Laisa, menegaskan bahwa keselamatan penerbangan adalah prioritas utama. Kebijakan operasional diambil berdasarkan data terbaru dan selalu mengutamakan keselamatan dan kenyamanan penumpang.
Operator penerbangan dan pengelola bandara diimbau untuk memberikan kompensasi yang sesuai kepada penumpang yang terdampak. Hal ini termasuk opsi reschedule, reroute, atau refund penuh bagi penumpang yang tidak dapat melanjutkan perjalanan. Tujuannya adalah untuk menjaga kepercayaan publik dan memberikan perlindungan maksimal kepada pengguna jasa transportasi udara.
Upaya Alternatif dan Koordinasi
Sebagai contoh upaya mitigasi, maskapai di Labuan Bajo bekerja sama dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) untuk menyediakan transportasi laut sebagai alternatif perjalanan bagi penumpang yang tertahan.
AirNav Indonesia juga menerapkan prosedur kontingensi terhadap pelayanan navigasi penerbangan. Salah satunya adalah opsi pengoperasian Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai-Bali selama 24 jam penuh, yang biasanya memiliki jam operasional terbatas.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara terus memantau, mengevaluasi, dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan keselamatan, keamanan, dan kelancaran operasional penerbangan nasional di tengah situasi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.